KUALA LUMPUR —
Sebuah kapal feri yang kelebihan kapasitas terbalik setelah menabrak karang di sebuah sungai negara bagian Sarawak, Malaysia, Selasa (28/5), menyebabkan 21 penumpang hilang dan dikhawatirkan terperangkap dalam kapal. Polisi mengatakan 181 penyintas berenang ke tepian atau diselamatkan warga desa.
Kapal itu membawa hampir tiga kali dari batas yang direkomendasikan, yaitu 74 penumpang, termasuk para pekerja perkebunan kelapa sawit dan perkebunan kayu yang kembali ke desa-desa asalnya untuk pesta raya panen, ujar Bakar Sibau, kepala polisi setempat.
Penyelam polisi, petugas pemadam kebakaran dan warga desa melakukan pencarian untuk penumpang yang hilang di sungai tersebut, yang diketahui memiliki jeram-jeram yang deras.
“Kami meyakini beberapa diantaranya sepertinya masih terperangkap di dalam kapal,” ujar Bakar, menambahkan bahwa penumpang-penumpang itu termasuk laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Kecelakaan itu terjadi dalam perjalanan 130 kilometer yang biasanya memakan waktu tiga jam.
Sungai-sungai merupakan jaringan transportasi utama bagi ratusan ribu orang di Sarawak. Kekhawatiran publik mengenai keselamatan, termasuk kepatuhan terhadap kapasitas feri, telah beberapa kali muncul, namun kecelakaan kapal besar di Sarawak jarang terjadi.
“Kelebihan kapasitas merupakan hal yang umum, namun semua orang terbiasa dengan hal itu. Kami di sini sangat jauh dari petugas penegak hukum,” ujar Daniel Levoh, pejabat setempat yang berurusan dengan isu-isu transportasi. (AP/Sean Yoong)
Kapal itu membawa hampir tiga kali dari batas yang direkomendasikan, yaitu 74 penumpang, termasuk para pekerja perkebunan kelapa sawit dan perkebunan kayu yang kembali ke desa-desa asalnya untuk pesta raya panen, ujar Bakar Sibau, kepala polisi setempat.
Penyelam polisi, petugas pemadam kebakaran dan warga desa melakukan pencarian untuk penumpang yang hilang di sungai tersebut, yang diketahui memiliki jeram-jeram yang deras.
“Kami meyakini beberapa diantaranya sepertinya masih terperangkap di dalam kapal,” ujar Bakar, menambahkan bahwa penumpang-penumpang itu termasuk laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Kecelakaan itu terjadi dalam perjalanan 130 kilometer yang biasanya memakan waktu tiga jam.
Sungai-sungai merupakan jaringan transportasi utama bagi ratusan ribu orang di Sarawak. Kekhawatiran publik mengenai keselamatan, termasuk kepatuhan terhadap kapasitas feri, telah beberapa kali muncul, namun kecelakaan kapal besar di Sarawak jarang terjadi.
“Kelebihan kapasitas merupakan hal yang umum, namun semua orang terbiasa dengan hal itu. Kami di sini sangat jauh dari petugas penegak hukum,” ujar Daniel Levoh, pejabat setempat yang berurusan dengan isu-isu transportasi. (AP/Sean Yoong)