Jepang berencana untuk mulai membuang lebih dari satu juta ton air yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima yang rusak ke laut pada tahun ini, kata seorang juru bicara pemerintah pada Jumat (13/1).
Rencana itu telah disetujui Badan Energi Atom Internasional (IAEA), tetapi pemerintah akan menunggu “laporan komprehensif” dari badan pengawas PBB itu sebelum mengalirkannya, kata Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno kepada wartawan.
Sistem pendingin di PLTN itu hancur sewaktu gempa bawah laut yang kuat memicu tsunami pada tahun 2011, menyebabkan kecelakaan nuklir terburuk sejak bencana Chernobyl.
Penonaktifan PLTN itu sedang berlangsung dan diperkirakan akan memerlukan waktu sekitar empat dekade.
Fasilitas itu memproduksi rata-rata 100 meter kubik air yang terkontaminasi setiap hari pada periode April-November tahun lalu –kombinasi air tanah, air laut dan air hujan yang meresap ke daerah tersebut, dan air yang digunakan untuk pendinginan.
Air tersebut disaring untuk menghilangkan berbagai radionuklida dan dipindahkan ke tangki penyimpanan, dengan lebih dari 1,3 juta meter kubik air telah berada di fasilitas itu dan ruang penyimpanan semakin menipis.
“Kami berharap waktu pembuangan akan berlangsung pada musim semi atau musim panas ini,” setelah fasilitas pelepasan selesai dibangun dan diuji, dan laporan komprehensif IAEA dirilis, kata Matsuno.
“Pemerintah secara keseluruhan akan melakukan upaya maksimal untuk memastikan keselamatan dan mengambil langkah preventif menghadapi rumor buruk.”
Pernyataan ini mengacu pada kekhawatiran yang terus ada yang dikemukakan oleh negara-negara tetangga dan komunitas nelayan setempat terkait rencana pembuangan air itu.
Para nelayan di kawasan itu khawatir akan kerusakan reputasi akibat pembuangan tersebut, setelah selama bertahun-tahun berupaya membangun kembali kepercayaan terhadap produk mereka melalui pengujian ketat.
Operator Fukushina, TEPCO, mengatakan, air yang telah diolah itu memenuhi standar nasional bagi kadar radionuklida, kecuali untuk satu unsur, tritium, yang menurut para pakar akan berbahaya bagi manusia jika dosisnya besar.
TEPCO berencana mengencerkan air untuk mengurangi kadar tritium dan membuangnya ke laut selama beberapa dekade melalui pipa bawah air sepanjang satu kilometer.
IAEA telah menyatakan pembuangan itu memenuhi standar internasional dan “tidak akan menimbulkan bahaya apa pun bagi lingkungan.”
Negara-negara tetangga, termasuk Tiongkok dan Korea Selatan dan berbagai organisasi seperti Greenpeace, telah mengkritik rencana itu.
Bencana Maret 2011 di Jepang Timur Laut itu menyebabkan sekitar 18.500 orang tewas atau hilang, dengan sebagian besar tewas karena tsunami.
Puluhan ribu warga di sekitar PLTN Fukushima diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka atau memilih untuk melakukan demikian. [uh/ab]
Forum