Tentara Israel, Selasa (26/3), membom sejumlah sasaran di Jalur Gaza dan memperkuat pasukannya di sepanjang perbatasan yang rentan, sementara gencatan senjata dengan penguasa Hamas tampaknya tidak lagi dipatuhi.
Gerilyawan Palestina menanggapi pemboman itu dengan serentetan tembakan, yang tampaknya akan memicu pertempuran baru kurang dari dua minggu sebelum pemilu Israel. Aksi kekerasan itu diperkirakan akan menjadi tema utama kampanye Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang sedang bertarung untuk masa jabatan berikutnya.
Netanyahu mempersingkat lawatannya ke Amerika dan bergegas kembali ke Israel pada Selasa untuk mengatasi krisis itu. Setelah mengadakan pertemuan dengan Netanyahu, Panglima Militer Israel Letjen Aviv Kohavi memerintahkan penambahan pasukan di sepanjang perbatasan.
Netanyahu semula dijadwalkan menyampaikan pidato dalam acara AIPAC, suatu kelompok lobi pro-Israel di Amerika. Namun akhirnya ia menyampaikan pidato lewat satelit, dengan mengatakan bahwa selama 24 jam terakhir Israel telah menyerbu sejumlah lokasi di Gaza dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak perang dengan Hamas pada 2014.
“Saya dapat mengatakan, kami bersiap melakukan lebih banyak serangan,” ujar Netanyahu. “Kami akan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk membela rakyat dan negara kami.”
Serangan udara Israel Selasa malam ini merupakan tanggapan terhadap satu serangan roket oleh gerilyawan Palestina. Militer Israel mengatakan serangan udara mereka menghantam kompleks militer Hamas dan sebuah gudang pabrik senjata di selatan Gaza. Militan Hamas membalas dengan menembakkan roket. Israel mengatakan roket-roket itu jatuh di wilayah terbuka yang tidak berbahaya. [em]