Israel mengumumkan, Minggu (9/3), bahwa pihaknya akan menghentikan pasokan listrik ke Gaza. Dampak secara keseluruhan belum jelas, tetapi pabrik desalinasi di wilayah gersang itu menerima listrik untuk memproduksi air minum. Hamas, yang ditetapkan Amerika Serikat sebagai kelompok teroris, menyebutnya sebagai bagian dari kebijakan Israel untuk menciptakan kelaparan..
Keputusan itu disampaikan Menteri Energi dan Infrastruktur Israel Eli Cohen,
“Saya sekarang telah menandatangani perintah untuk segera memutus aliran listrik ke Jalur Gaza. Kami akan menggunakan semua cara yang tersedia agar semua sandera dapat kembali, dan kami akan memastikan bahwa Hamas tidak akan berada di Gaza pada ‘hari berikutnya’.”
Pengumuman pada Minggu itu muncul seminggu setelah Israel menghentikan semua pasokan barang ke wilayah yang dihuni lebih dari 2 juta orang itu.
Israel telah berupaya menekan Hamas agar menerima perpanjangan fase pertama gencatan senjata mereka.
Fase itu berakhir akhir pekan lalu. Israel ingin Hamas membebaskan setengah dari jumlah sandera yang tersisa sebagai imbalan atas janji untuk merundingkan gencatan senjata yang langgeng.
Hamas telah mendesak untuk memulai perundingan pada fase kedua gencatan senjata yang lebih sulit, yang akan melihat pembebasan sandera yang tersisa dari Gaza, penarikan pasukan Israel dan perdamaian yang langgeng.
Hamas diyakini memiliki 24 sandera yang masih hidup dan jenazah 35 sandera lainnya.
Hamas telah memperingatkan bahwa penghentian pasokan akan memengaruhi para sandera. Pada Minggu, kelompok itu mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan putaran terakhir perundingan gencatan senjata dengan mediator Mesir tanpa mengubah posisinya, dan menyerukan dimulainya segera tahap kedua gencatan senjata.
Israel mengatakan akan mengirim delegasi ke Qatar pada Senin (10/3) "dalam upaya untuk memajukan negosiasi."
Wilayah dan infrastruktur Gaza sebagian besar telah hancur, dan sebagian besar fasilitas, termasuk rumah sakit, sekarang menggunakan generator. Pemadaman listrik dapat memengaruhi pompa air dan sanitasi.
Seorang juru bicara Israel Electric Corporation mengatakan sejauh yang mereka ketahui, pemadaman tersebut hanya memengaruhi pabrik pengolahan air limbah.
Juru bicara Hamas Hazem Qassam menyebut langkah Israel itu sebagai bagian dari "kebijakan menciptakan kelaparan, yang jelas-jelas mengabaikan semua hukum dan norma internasional."
Ia mengatakan Israel telah "secara praktis" memutus aliran listrik sejak perang dimulai. Israel telah menghadapi kritik tajam atas pemutusan pasokan.
"Setiap penolakan masuknya kebutuhan hidup warga sipil dapat dianggap sebagai hukuman kolektif," kata kantor urusan hak-hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (7/3).
Mahkamah Pidana Internasional mengatakan ada alasan untuk percaya bahwa Israel telah menggunakan "kelaparan sebagai metode peperangan" ketika mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tahun lalu.
Tuduhan tersebut merupakan inti dari kasus Afrika Selatan di Mahkamah Internasional yang menuduh Israel melakukan genosida. Israel membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka telah mengizinkan masuknya cukup bantuan dan menyalahkan kekurangan bantuan pada apa yang disebutnya ketidakmampuan PBB untuk mendistribusikannya. Israel juga menuduh Hamas secara ilegal menyabot bantuan-bantuan tersebut. [ab/lt]
Forum