Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan negaranya ingin melanjutkan pembicaraan nuklir dengan negara-negara penguasa yang akan mengarah pada penghapusan sanksi Amerika Serikat (AS). Hal tersebut dikatakan Raisi kepada Majelis Umum tahunan PBB, Selasa (21/9), ketika negosiasi tentang pemulihan pakta nuklir 2015 terhenti.
"Republik Islam mempertimbangkan (untuk melanjutkan) pembicaraan bermanfaat yang hasil akhirnya adalah pencabutan semua sanksi (AS) yang menindas," kata Raisi dalam pidatonya yang direkam sebelumnya.
"Kebijakan 'penindasan maksimum' (AS) masih berlangsung. Kami tidak menginginkan apa pun selain apa yang menjadi hak kami. Kami menuntut penerapan aturan internasional. Semua pihak harus tetap setia pada kesepakatan nuklir dan Resolusi PBB dalam praktiknya," katanya.
Iran dan AS pada April memulai pembicaraan tidak langsung di Wina, Austria, untuk menyelamatkan perjanjian nuklir. Namun pembicaraan tersebut terhenti dua hari setelah Raisi terpilih sebagai presiden Iran pada Juni.
Menurut perjanjian nuklir 2015, Iran harus membatasi program pengayaan uraniumnya, cara yang dapat mengarah ke pembuatan senjata nuklir, dengan imbalan pencabutan sanksi AS, PBB dan Uni Eropa. Mantan Presiden AS Donald Trump keluar dari kesepakatan tiga tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap sektor minyak dan keuangan Iran yang telah melumpuhkan ekonominya.
Ulama garis keras Raisi mengatakan sanksi AS "adalah kejahatan terhadap kemanusiaan selama pandemi virus corona." Raisi berada di bawah sanksi pribadi AS atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di masa lalunya sebagai hakim.
Penerapan kembali sanksi AS oleh Trump pada 2018 mendorong Teheran untuk melanggar batas kesepakatan nuklir. Teheran mengatakan langkah nuklirnya dapat dibalik jika Washington mencabut semua sanksi.
Raisi, yang menggemakan sikap resmi Iran selama bertahun-tahun, mengatakan senjata nuklir "tidak memiliki tempat dalam doktrin pertahanan dan kebijakan pencegahan kami."
Terlepas dari kebutuhan Iran untuk meningkatkan ekonominya melalui negosiasi untuk mengakhiri sanksi yang diberikan oleh AS, pihak internal di Pemerintahan Iran mengharapkan Raisi untuk mengambil sikap yang lebih keras ketika pembicaraan dilanjutkan. [ah/rs]