Inggris dan Uni Eropa melanjutkan pembicaraan, Selasa (21/7), dengan batas waktu yang mendekati akhir tahun atas kesepakatan baru pasca-Brexit untuk menggantikan setengah abad integrasi tersebut.
Putaran negosiasi terakhir yang berlangsung selama tiga hari di ibu kota Inggris, dengan kebuntuan di beberapa bidang utama itu memicu kekhawatiran pada skenario tanpa adanya kesepakatan.
Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa pada bulan Januari lalu, setelah 47 tahun dalam aktivitas Eropa. Namun negara itu menyetujui masa transisi sampai 31 Desember sambil menunggu persyaratan perdagangan baru yang mengalami kendala.
Setelah pandemi virus corona dengan posisi kuat kedua belah pihak untuk menghambat kemajuan, London dan Brussels bulan lalu meluncurkan lima minggu perundingan intensif.
Pada Juni lalu, Perdana Menteri Boris Johnson berjanji untuk memberi energi tambahan" bagi kelancaran proses tersebut dan memperkirakan pembicaraan dapat berakhir pada awal Juli 2020.
Semenjak itu beberapa sesi tatap muka telah menghasilkan tanda-tanda kompromi, tetapi kedua pihak tetap berbeda pandangan mengenai berbagai masalah, dengan sisa perundingan hanya dalam dua putaran saja.
Inggris dengan tegas menolak untuk memperpanjang periode transisi dan bersikeras tidak akan membiarkan negosiasi "berlarut-larut" menjelang akhir 2020.
"Perbedaan signifikan masih tetap pada sejumlah masalah penting," kata juru bicara resmi Johnson pada hari Senin yang mengutip khususnya terhadap akses Uni Eropa ke perairan perikanan Inggris.
Inggris akan "terus terlibat secara konstruktif" dengan Uni Eropa, Johnson menambahkan, namun memperingatkan waktu sudah hampir habis.
"Kami sudah sampaikan tidak ingin pembicaraan itu berlanjut ke musim gugur. Ada kemajuan dicapai secepat mungkin sehingga memberi kepastian dan kejelasan untuk bisnis dan tidak ada perubahan atas hal itu," tegas Perdana Menteri Ingris itu kepada sejumlah wartawan.[mg/ft]