Industri manufaktur di berbagai negara Asia secara umum semakin produktif, meski tantangan ekonomi kian menguat. Hal itu ditunjukkan dari pembacaan angka indeks manajer pembelian (PMI) secara ketat pada hari Senin (2/9).
Angka untuk industri manufaktur di China naik menjadi 50,4 pada bulan Agustus. Kenaikan angka di atas 50 menunjukkan indikasi adanya ekspansi aktivitas industri tersebut.
Angka itu sebagian besar mencakup perusahaan-perusahaan kecil yang berorientasi ekspor, dan lebih optimistis daripada angka resmi PMI yang dirilis pada akhir pekan lalu.
Industri pembuatan chip adalah salah satu sektor yang memiliki kinerja baik, di tengah permintaan yang kuat untuk produk yang mendorong kecerdasan buatan atau AI.
Para ekonom mengatakan bahwa hal itu terlihat dari angka di negara-negara yang memiliki sektor besar manufaktur semikonduktor.
Seperti di Korea Selatan, angka PMI Korsel meningkat menjadi 51,9. Jepang juga mengalami kenaikan, menjadi 49,8 – masih di wilayah kontraksi, tetapi hanya sedikit.
Jepang terbantu oleh pemulihan yang kuat dalam produksi mobil, setelah sempat mengalami skandal keselamatan yang memaksa penutupan sejumlah pabrik pada bulan sebelumnya.
Namun, kekhawatiran masih ada, termasuk kekhawatiran bahwa permintaan Amerika Serikat, yang merupakan faktor kunci bagi eksportir Asia, akan melambat.
Ada juga kekhawatiran akan hasil yang tidak pasti dari hasil pemilihan presiden AS, dan apa yang akan terjadi setelahnya.
Meski begitu, Dana Moneter Internasional (IMF) tetap optimistis tentang Asia. IMF memprediksi bahwa inflasi yang moderat akan memungkinkan berbagai bank sentral di kawasan untuk memangkas suku bunga guna mendukung pertumbuhan. [th/ka]
Forum