Para wakil dari 57 negara hari Senin hadir di Balai Agung Rakyat di Beijing untuk menandatangani persetujuan mendirikan Bank Investasi Infrastruktur Asia atau AIIB yang dipimpin China.
Australia adalah negara pertama yang menandatangani persetujuan itu yang bertujuan menyediakan dana sampai 800 miliar dolar yang dibutuhkan Asia tiap tahun untuk membangun jalan raya, jaringan kereta-api, pelabuhan, telekomunikasi, energi dan berbagai proyek pembangkit tenaga listerik.
China menyediakan hampir 30 miliar dolar dari modal utama bank sebesar 100 miliar dolar dan memegang 25% hak suara. India menjadi pemodal kedua, disusul Rusia di tempat ketiga.
Sementara, pemerintah Indonesia akan mendaftar menjadi anggota pendiri AIIB dengan investasi US$672,1 juta yang akan dibayar selama lima tahun, menurut Kementerian Keuangan dalam pernyataan yang dikeluarkan Minggu (28/6).
Indonesia akan menjadi pemegang saham terbesar ke-8 di AIIB, menurut pernyataan tersebut, tanpa merinci berapa persen sahamnya.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dijadwalkan untuk terbang ke Beijing untuk menandatangani perjanjian tersebut Senin. AIIB akan dibuka dengan modal terotorisasi $50 miliar, yang kemudian akan dinaikkan menjadi $100 miliar.