Pemberontak Suriah bertempur melawan pasukan pemerintah untuk menguasai kota utama Homs pada Sabtu (7/12) dan maju menuju ibu kota ketika garis depan pertahanan di seluruh negeri berjatuhan. Perkembangan itu membuat pemerintahan Presiden Bashar Assad yang telah berlangsung selama 24 tahun kian tak pasti.
Sejak pemberontak menguasai Aleppo seminggu yang lalu, pertahanan pemerintah telah tumbang dengan sangat cepat ketika pemberontak merebut sejumlah kota besar dan bangkit di tempat-tempat di mana pemberontakan tampaknya telah lama berakhir.
Ancaman ganda terhadap Homs yang strategis dan ibu kotanya, Damaskus, kini menimbulkan ancaman nyata terhadap pemerintahan Assad yang telah berlangsung selama beberapa dekade di Suriah dan pengaruh berkelanjutan dari pendukung utama Assad di wilayah tersebut, Iran.
Sumber-sumber dari penduduk Homs, tentara, dan pemberontak mengatakan pemberontak telah menembus pertahanan pemerintah dari utara dan timur kota. Seorang komandan pemberontak mengatakan mereka telah menguasai sebuah kamp tentara dan desa-desa di luar kota.
Televisi pemerintah melaporkan bahwa para pemberontak belum memasuki Homs. Namun, media pemerintah memberitakan kelompok pemberontakberada di pinggiran kota, di mana militer menyerang mereka dengan artileri dan drone.
Pemberontak telah menguasai hampir seluruh wilayah barat daya dalam waktu 24 jam, dan mereka telah maju hingga 30 kilometer dari Damaskus ketika pasukan pemerintah mundur, kata pemberontak.
Menggarisbawahi kemungkinan terjadinya pemberontakan di ibu kota, pengunjuk rasa turun ke jalan di beberapa kota-kota di pinggiran Damaskus, merobek poster Assad dan merobohkan patung ayahnya, mantan Presiden Hafez al-Assad. Tindakan para demonstran itu tidak mendapat perlawanan baik dari tentara maupun polisi. Sejumlah tentara yang telah berganti pakaian sipil dan melakukan desersi, bahkan bergabung dengan para demonstran, kata warga.
Namun, kantor berita negara melaporkan bahwa Assad masih berada di Damaskus, dan militer mengatakan mereka memperkuat wilayah di sekitar ibu kota dan wilayah selatan.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan demikian cepat telah mengejutkan negara-negara Arab dan meningkatkan kekhawatiran akan gelombang baru ketidakstabilan regional.
Perang saudara di Suriah, yang meletus pada 2011 sebagai pemberontakan melawan pemerintahan Assad, menyeret kekuatan besar dari luar, menciptakan ruang bagi militan jihad untuk merencanakan serangan di seluruh dunia dan mengirim jutaan pengungsi ke negara-negara tetangga.
Assad telah lama mengandalkan sekutunya untuk menundukkan pemberontak, dengan melakukan pengeboman oleh pesawat tempur Rusia, sementara Iran mengirim pasukan sekutu, termasuk Hizbullah Lebanon dan milisi Irak, untuk memperkuat militer Suriah dan menyerbu posisi pertahanan para pemberontak.
Namun Rusia kini fokus pada perang di Ukraina sejak 2022, dan Hizbullah telah menderita kerugian besar dalam perang yang sangat melelahkan dengan Israel, sehingga secara signifikan membatasi kemampuan mereka atau Iran untuk mendukung Assad.
Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengatakan Amerika tidak boleh terlibat dalam konflik tersebut dan harus "membiarkannya terjadi".
Rusia, Iran, Turki
Para menteri luar negeri Rusia, Iran dan pendukung utama pemberontak, Turki, bertemu pada Sabtu dan sepakat mengenai pentingnya integritas wilayah Suriah dan memulai kembali proses politik, kata mereka.
Namun tidak ada indikasi mereka menyepakati langkah konkret apa pun, karena situasi di Suriah terus berubah setiap saat.
Iran mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan pengiriman pasukan ke Suriah, tetapi bantuan tambahan apa pun kemungkinan besar akan bergantung pada Hizbullah dan milisi Irak.
Pertempuran Merebut Homs
Seorang tokoh oposisi yang berhubungan dengan komando pemberontak dan sumber militer Suriah juga mengatakan para pemberontak berada di dalam Kota Homs.
Merebut Homs, yang merupakan persimpangan penting antara ibu kota dan Mediterania, akan memisahkan Damaskus dari benteng pesisir sekte Alawit minoritas Assad dan dari pangkalan udara dan angkatan laut Rusia.
Di selatan, tumbangnya kendali pemerintah dengan cepat dapat memungkinkan serangan terpadu terhadap ibu kota, yang merupakan pusat kekuasaan Assad.
Militer Suriah mundur sejauh Saasa, yang berjarak 30 kilometer dari Damaskus, untuk berkumpul kembali, kata seorang perwira militer Suriah.
Sebagai tanda runtuhnya pasukan pemerintah di timur, sekitar 2.000 tentara Suriah melintasi perbatasan ke Irak untuk mencari perlindungan, kata Wali Kota al-Qaem, kota di perbatasan Irak.
Para kombatan Kurdi Suriah berhasil merebut Deir el-Zour bagian timur pada Jumat, mengancam jalur darat yang menghubungkan Assad dengan sekutunya di Irak. [ft/ah]