“ Kevin Rudd, hentikan sikap keras rasis ini," teriak seorang demonstran dalam salah satu aksi protes yang akhir-akhir ini marak di Australia.
Para demonstran menargetkan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dalam demonstrasi-demonstrasi yang hiruk-pikuk di Sydney dan Melbourne. Mereka yakin rencana Perdana Menteri Kevin Rudd untuk mengirim para pencari suaka ke Papua Nugini sebagai sebuah aib.
Dalam bulan-bulan belakangan ini, beberap kapal migran tenggelam dalam pelayaran ke Australia dari Indonesia. Penumpang yang tidak diketahui jumlahnya telah tenggelam.
Perdana Menteri Rudd berdalih bahwa mengirim pencari suaka yang datang lewat laut ke negara tetangga Papua Nugini tanpa memberi kemungkinan untuk bermukim di Australia, adalah untuk menyelamatkan jiwa, bukan sebuah tindakan yang bermotivasi rasisme ataupun untuk memenangkan pemilu.
“Kalau mereka datang dengan kapal, mereka tidak akan tinggal untuk selamanya di Australia. Ini bukan pengambilan keputusan yang mudah bagi saya dan rekan- rekan," ujar Rudd. "Pada dasarnya, kita harus melindungi jiwa. Australia telah banyak melihat para pencari suaka tewas di lautan di utara dan barat laut Australia."
Kebijakan Perdana Menteri Rudd yang keras dan tidak kenal kompromi disusul oleh janji pemimpin konservatif yang beroposisi, Tony Abbott, untuk mengerahkan militer Australia guna menghentikan kapal-kapal pencari suaka, yang sebagian besar berlayar dari Indonesia.
“Krisis di perbatasan kami telah menjadi keadaan darurat nasional. Kamimenghadapi hampir 50.000 pencari suaka yang datang secara gelap, dan 1.000 orang atau lebih meninggal di laut. Persoalannya semakin memburuk. Pemerintah tidak bisa mengatasinya. Hari ini kami mengumumkan bahwa di bawah sebuah koalisi pemerintah kami akan segera melaksanakan Operation Sovereign Borders."
Riz Wakil datang ke Australia dengan kapal lebih dari sepuluh tahun lalu. Pengungsi Hazara dari Afghanistan tengah itu sekarang mengelola perusahaan percetakan yang sukses di Sydney. Ia sangat terkejut melihat tokoh-tokoh politik utama menggambarkan masalah pencari suaka.
“Tokoh-tokok politik kedua pihak bersikeras bahwa kalau kita menentang pengungsi, bukannya memusatkan perhatian pada pendidikan, pensiun bagi orang cacat dan semua isu lain yang dihadapi rakyat Australia, kalau kita kejam terhadap para pengungsi dan menganggap mereka sebagai pengacau, bahwa mereka datang menyerbu Australia, dan mereka akan merusak masyarakat kita. Itu tidak betul," tukasnya.
Sejak Januari lebih dari 16.000 pendatang gelap tiba di Australia dengan kapal.
Para demonstran menargetkan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dalam demonstrasi-demonstrasi yang hiruk-pikuk di Sydney dan Melbourne. Mereka yakin rencana Perdana Menteri Kevin Rudd untuk mengirim para pencari suaka ke Papua Nugini sebagai sebuah aib.
Dalam bulan-bulan belakangan ini, beberap kapal migran tenggelam dalam pelayaran ke Australia dari Indonesia. Penumpang yang tidak diketahui jumlahnya telah tenggelam.
Perdana Menteri Rudd berdalih bahwa mengirim pencari suaka yang datang lewat laut ke negara tetangga Papua Nugini tanpa memberi kemungkinan untuk bermukim di Australia, adalah untuk menyelamatkan jiwa, bukan sebuah tindakan yang bermotivasi rasisme ataupun untuk memenangkan pemilu.
“Kalau mereka datang dengan kapal, mereka tidak akan tinggal untuk selamanya di Australia. Ini bukan pengambilan keputusan yang mudah bagi saya dan rekan- rekan," ujar Rudd. "Pada dasarnya, kita harus melindungi jiwa. Australia telah banyak melihat para pencari suaka tewas di lautan di utara dan barat laut Australia."
Kebijakan Perdana Menteri Rudd yang keras dan tidak kenal kompromi disusul oleh janji pemimpin konservatif yang beroposisi, Tony Abbott, untuk mengerahkan militer Australia guna menghentikan kapal-kapal pencari suaka, yang sebagian besar berlayar dari Indonesia.
“Krisis di perbatasan kami telah menjadi keadaan darurat nasional. Kamimenghadapi hampir 50.000 pencari suaka yang datang secara gelap, dan 1.000 orang atau lebih meninggal di laut. Persoalannya semakin memburuk. Pemerintah tidak bisa mengatasinya. Hari ini kami mengumumkan bahwa di bawah sebuah koalisi pemerintah kami akan segera melaksanakan Operation Sovereign Borders."
Riz Wakil datang ke Australia dengan kapal lebih dari sepuluh tahun lalu. Pengungsi Hazara dari Afghanistan tengah itu sekarang mengelola perusahaan percetakan yang sukses di Sydney. Ia sangat terkejut melihat tokoh-tokoh politik utama menggambarkan masalah pencari suaka.
“Tokoh-tokok politik kedua pihak bersikeras bahwa kalau kita menentang pengungsi, bukannya memusatkan perhatian pada pendidikan, pensiun bagi orang cacat dan semua isu lain yang dihadapi rakyat Australia, kalau kita kejam terhadap para pengungsi dan menganggap mereka sebagai pengacau, bahwa mereka datang menyerbu Australia, dan mereka akan merusak masyarakat kita. Itu tidak betul," tukasnya.
Sejak Januari lebih dari 16.000 pendatang gelap tiba di Australia dengan kapal.