Tautan-tautan Akses

IMF Optimis dengan Pertumbuhan Ekonomi Asia


Perekonomian Tiongkok diperkirakan akan mampu tumbuh 9,3 persen tahun depan.
Perekonomian Tiongkok diperkirakan akan mampu tumbuh 9,3 persen tahun depan.

Perekonomian Asia yang dipimpin oleh India dan Tiongkok, diperkirakan tumbuh sekitar 8 persen selama dua tahun ke depan.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan perekonomian Asia, dipimpin oleh India dan Tiongkok, diperkirakan akan tumbuh sekitar 8 persen selama dua tahun ke depan. Dalam laporan regional terbaru tentang ramalan ekonomi, IMF menyebut ekspor dan permintaan domestik menjadi pendorong pertumbuhan pesat ekonomi.

Laporan itu juga memperingatkan negara-negara Asia agar memperketat kebijakan ekonomi mereka untuk mempertahankan lonjakan pertumbuhan itu.

Dikatakan, inflasi yang digerakkan oleh kenaikan harga pangan dan bahan bakar, diduga akan meningkat lebih jauh pada tahun 2011 sebelum mereda pada tahun 2012.

Laporan itu juga mencatat bahwa besarnya arus modal dari luar negeri selama masa pertumbuhan ini tetap menjadi kekhawatiran utama para pembuat kebijakan.

Sementara itu, Bank Dunia telah menaikkan prospek ekonomi Tiongkok untuk tahun 2011, tapi mengingatkan resiko inflasi dan kemungkinan penurunan dalam pasar perumahan.

Dalam laporan per kuartal mengenai Tiongkok yang keluar Kamis ini, pemberi pinjaman berbasis di Washington tersebut memperkirakan ekonomi nomor kedua terbesar di dunia ini akan tumbuh 9,3 persen tahun ini. Angka ini lebih tinggi dari ramalan Januari yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok lebih dari 8 persen.

Pembangunan perumahan baru di Beijing dan kota-kota lain di Tiongkok melonjak pesat akibat dilonggarkannya pinjaman kredit perumahan oleh pemerintah Tiongkok.
Pembangunan perumahan baru di Beijing dan kota-kota lain di Tiongkok melonjak pesat akibat dilonggarkannya pinjaman kredit perumahan oleh pemerintah Tiongkok.

Tiongkok mengatasi krisis ekonomi global tahun 2008 dengan melonggarkan kendali pinjaman bank, yang memarakkan pengeluaran untuk perumahan dan menyebabkan nilai properti melambung.

Pemerintah Beijing telah memberlakukan sejumlah kebijakan untuk mendinginkan pasar real estate, termasuk menaikkan suku bunga dan memerintahkan bank-bank agar menaikkan jumlah cadangan uang tunai mereka.

Bank Dunia mendesak Beijing agar melanjutkan kebijakan moneter yang ketat, tapi memperingatkan bahwa penurunan yang cepat dalam pasar perumahan dapat merugikan pertumbuhan. Lembaga itu juga menyatakan kenaikan harga pangan dan minyak global menimbulkan resiko bagi perekonomian.

XS
SM
MD
LG