Gamelan Pesel terbilang gamelan yang relatif baru di Bali, namun secara mengejutkan mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat, tua dan muda. Gamelan ini turut diperkenalkan secara luas pada dunia melalui berbagai platform online oleh periset dan musisi Amerika-Kanada, Jonathan Adams, salah seorang dari pendiri Insitu Record.
"Melodinya sangat indah masih mempertahankan genre musik klasik namun pada saat yang sama melakukan banyak hal baru dan menarik," kata Jonathan.
I wayan Arik Wirawan (Arik), 28, menciptakan gamelan ini di akhir masa studinya di ISI Denpasar pada tahun 2013. Ia membentuk kelompok musisi yang juga diberi nama Gamelan Pesel dan memimpin kawan-kawan sepermainannya di Banjar Kehen, Desa Kesiman, Denpasar, Bali untuk untuk menggeluti.
"Saya ingin berbeda dari yang lainnya dan saya ingin berinovasi, megambel itu bisa keren, modis, stylist saya ingin mengajak anak-anak muda di Bali untuk mengembangkan kesenian gamelan yang hebat ini," ujarnya.
Gamelan Pesel (Pegulingan dan Selonding) menggabungkan konsep gamelan Semar Pegulingan dan Selonding, dimainkan dengan 19 alat musik, antara lain terompong, kendang, gangsa,suling, kecek, kajar, jublag, jegogan dan gong.
Sebagian besar alat musik gamelan ini dibuat dari besi dan perunggu yang dikerjakan oleh pengrajin besi dan perunggu dari berbagai daerah.
Bersama Gamelan Pesel, Arik Wirawan pada tahun 2017 merekam album pertama “Nada Hidup” yang memuat komposisi ciptaannya yaitu tabuh; Ayuning, Kerulut, Muda Langen, Lantur, Jangkep, Cakup Lima dan Petegak Bebarongan Uyang Uyang. Judul dan komposisi tabuh karya Arik Wirawan sarat dengan filosofi hubungan manusia dengan sesama dan sang pencipta.
Tabuh Ayuning memaparkan keanggunan, kecantikan dan aura keramahan yang dipancarkan oleh perempuan Bali yang menarik dan mengundang kekaguman laki-laki. Tabuh Cakup Lima mencerminkan rasa damai yang terpancar dengan mencakupkan tangan baik di ubun-ubun (berdoa) ataupun di dada sebagai bentuk salam.
"Cakup lima adalah komposisi saya yang pertama pada gamelan baru ini, Gamelan Pesel, makanya dinamakan Cakup Lima. Cakup Lima adalah Om swatiastu, yang membukakan jalan bagi komposisi-komposisi lain," jelasnya.
Meluasnya perkembangan gamelan ini tidak terlepas dari penyebaran dan interaksi anak-anak muda yang juga mempopulerkannya pada media sosial. Pemerhati dan penggiat gamelan pesel telah mengunggah gamelan ini melalui jejaring video dan audio.
Pelatih gamelan dan pemimpin sanggar “Sri Wijaya” Puri Agung Jrokota Denpasar, Drs. Anak Agung Ngurah Gede Marjaya mengatakan perkembangan gamelan pesel sangat menggembirakan.
"Masyarakat sudah mulai mencintai dan mempelajari terutama generasi muda, kedepannya pasti akan banyak yang menyukai termasuk juga di kalangan kaum muda perempuan," tuturnya.
Sebagai komposer muda dan pemimpin gamelan, I wayan Arik Wirawan telah mendapat pengakuan dan kepercayaan untuk pegelaran budaya besar seperti Pesta Kesenian Bali, Denpasar Festival disamping pertunjukan umat pada upacara adat Bali.
Gambelan Pesel menjadi bukti sukses kreativitas, inovasi dan kegigihan yang tidak pernah surut dari anak-anak muda untuk mempertahankan jati diri dan mengembangkan budaya tradisional. (my/jm)