Dalam pertemuan ketiga dalam sebulan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjadi tuan rumah dari Presiden Rusia Vladimir Putin, di Ankara.
Pembicaraan berfokus pada Suriah, tetapi kunjungan Putin bertepatan dengan hubungan Amerika dan Turki yang sedang goncang, dipicu oleh pengakuan Presiden Amerika Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Kata Erdogan, "Mengenai Yerusalem, saya mengamati bahwa kami memiliki pendapat yang sama dengan Putin, dan kami telah mencapai kesepakatan bahwa kami akan mempertahankan sikap kami dalam hal ini.” Ini dikatakan Erdogan dalam sebuah pernyataan pers bersama dengan Putin, dimana ia menyebut Presiden Rusia itu sebagai "kawan baiknya."
"Keputusan Amerika untuk memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem jauh dari membantu penyelesaian situasi di Timur Tengah," kata Putin. "Tindakan ini mendestabilisasi situasi yang sudah rumit di wilayah itu."
Dalam satu langkah yang akan menambah kegelisahan Washington atas hubungan Turki yang menghangat dengan Rusia, Presiden Turki mengumumkan pembelian rudal Rusia yang kontroversial akan diselesaikan akhir pekan ini. NATO sangat menentang pembelian misil tersebut, karena tidak sesuai dengan sistem persenjataan Turki yang ada.
"Dengan keputusan mereka mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Amerika telah menjadi mitra dalam pertumpahan darah," kata Erdogan.
Sepanjang tahun ini, hubungan Turki-Rusia telah berkembang baik sedang hubungan Amerika dan Turki semakin merenggang. [sp/ii]