Militan negara Islam, ISIS, sedang melakukan perkosaan dan kekerasan seksual sistematis terhadap minoritas Yazidi Irak, kata Human Rights Watch hari Rabu (15/4). Dalam laporan terbarunya, Human Right Watch menjelaskan secara terinci kejahatan perang yang dituduhkan oleh laskar tersebut dalam 10 bulan sejak mereka menyerbu daerah-daerah luas negara itu.
Serangan ISIS itu mencakup kepungan terhadap daerah Gunung Sinjar, yang memaksa ribuan orang Yazidi mengungsi sementara militan menculik ribuan orang dan membunuh banyak lainnya. Siasat mereka antara lain memisahkan wanita dan anak-anak dari keluarga mereka dan memindahkan mereka ke daerah lain Irak dan ke Suriah untuk dijual atau dikawinkan dengan militan.
Human Rights Watch mewawancarai 20 orang wanita dan anak perempuan dari antara kira-kira 1.000 orang Yazidi yang kata pihak berwenang Kurdi telah berhasil melarikan diri. Mereka menggambarkan “perkosaan dan kekerasan seksual yang terorganisasi” dengan ancaman pemukulan terhadap mereka yang melawan.
Beberapa yang tidak diperkosa memberitahu organisasi hak azasi bahwa mereka melihat pelanggaran orang lain dan mengira bahwa mereka mungkin yang berikut mendatangkan “stress dan kecemasan yang tetap.”
Human Rights Watch mengatakan wanita dan anak perempuan berceritera mengenai usaha mereka menggantung diri atau menyayat pergelangan tangan mereka dengan pisau cukur dalam usaha untuk bunuh diri untuk melepaskan diri dari pelanggaran itu.
Organisasi hak azasi itu mendesak laskar ISIS agar melepaskan kaum sipil yang masih mereka tahan dan mengakhiri perkawinan paksa, perkosaan dan pelanggaran seks lainnya. Organisasi itu juga menyerukan perawatan medis yang lebih baik bagi wanita dan anak perempuan yang melarikan diri, terutama dukungan psychososial dan usaha mendidik orang mengenai cara memberi nasehat yang dapat menolong.