Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio, Selasa (21/1), tiba di Departemen Luar Negeri dengan mendapat sambutan hangat, menandai hari pertamanya sejak diambil sumpahnya sebagai diplomat tertinggi Amerika.
Rubio tidak membuang waktu dengan menerima rekan-rekannya dari Australia, India dan Jepang – suatu langkah yang menurut para analis mengisyaratkan fokus pada China.
Berbicara di hadapan ratusan orang yang berkumpul pada acara penyambutan resmi di departemen itu, Rubio menekankan komitmennya pada kebijakan luar negeri yang berpusat pada kepentingan nasional Amerika.
“Apa pun yang membuat kita lebih kuat atau lebih aman atau lebih sejahtera” akan menjadi misi kita, katanya. Ia menambahkan bahwa AS akan berupaya menghindari konflik, tanpa pernah mengorbankan keamanan nasional atau nilai-nilai inti.
Rubio mengakui bahwa perubahan tidak terelakkan. Namun, ia meyakinkan hadirin bahwa “akan ada perubahan, tetapi perubahan itu tidak dimaksudkan untuk merusak. Perubahan tidak dimaksudkan untuk menghukum.”
Menteri luar negeri yang baru itu menyampaikan terima kasihnya kepada para pegawai Departemen Luar Negeri dan menyatakan keinginannya untuk melakukan hal istimewa dalam perannya yang baru ini.
“Saya ingin berterima kasih – semua yang berdinas di luar negeri, sebagian di tempat-tempat yang kuat dan stabil, dan yang lainnya di tempat yang lebih rapuh dan berbahaya … Saya juga ingin berterima kasih kepada staf lokal, warga negara-negara itu yang bekerja dengan kami,” kata Rubio.
Setelah penampilan perdananya di Departemen Luar Negeri, pada siang harinya, Rubio bertemu dengan para menteri luar negeri dari Quad di kawasan Indo-Pasifik, yang terdiri dari Menteri Luar Neger India Subrahmanyam Jaishankar, Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dan Menteri Luar Negeri Jepang Iwaya Takeshi.
Para menteri luar negeri tersebut berada di Washington untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Donald Trump pada Senin.
Setelah itu, Rubio dan rekan-rekannya melansir sebuah pernyataan.
“Keempat negara kami mempertahankan keyakinan kami bahwa hukum internasional, peluang ekonomi, perdamaian, stabilitas, dan keamanan di semua ranah termasuk ranah maritim mendukung pembangunan dan kemakmuran masyarakat Indo-Pasifik. Kami juga sangat menentang tindakan sepihak apa pun yang berupaya mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan,” katanya.
“Kami berkomitmen untuk memperkuat keamanan maritim, ekonomi, dan teknologi regional dalam menghadapi ancaman yang meningkat, serta mempromosikan rantai pasokan yang andal dan tangguh,” tambahnya.
Beberapa analis mengatakan bahwa meskipun ada kekhawatiran tentang persepsi "pembatasan " dari urusan internasional dan "isolasionisme" dalam kebijakan luar negeri AS di bawah Trump, ada juga keyakinan bahwa AS akan tetap berkomitmen pada kerangka kerja regional dengan sekutu dan mitranya.
"Saya pikir pertemuan antara empat menteri negara Quad ini merupakan sinyal yang jelas bahwa AS tidak meninggalkan koalisi regional sekutu dan mitranya dalam melawan kebangkitan China ," kata Yun Sun, direktur program China di lembaga kajian Stimson Center, kepada VOA pada Selasa.
Yang lain mencatat bahwa pandangan Rubio tentang China berbeda dari harapan Trump. Mereka mengatakan bahwa, sebagai menteri luar negeri, Rubio perlu mencari cara untuk terlibat dengan pemerintah Beijing.
"Marco Rubio memiliki rekam jejak yang jauh lebih besar dalam menentang China, tidak berurusan dengan China, dan mendukung hak-hak asasi manusia (HAM) di seluruh dunia," kata William Pomeranz, seorang peneliti senior di Woodrow Wilson Center, kepada VOA.
"Saya pikir pada dasarnya China akan mencoba untuk kembali menjalin hubungan dengan Donald Trump, tetapi tidak dengan Marco Rubio." [uh/ns]
Forum