Presiden AS, Joe Biden, pada Selasa (26/10) mengumumkan prakarsa senilai $102 juta (Rp1,4 Triliun) untuk mempererat hubungan AS dengan Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Sebesar $40 juta (Rp565 Miliar) di antaranya dianggarkan untuk membantu penanganan pandemi dan memitigasi pandemi lain di masa depan.
Biden mengumumkan komitmen itu saat menghadiri konferensi tingkat tinggi virtual yang digelar blok beranggotakan 10 negara itu. Kehadiran Biden menandai pertama kalinya presiden AS kembali berpartisipasi dalam KTT ASEAN, setelah terakhir kali diikuti Presiden Donald Trump tahun 2017.
Biden mengatakan, peran ASEAN penting dalam membangun arsitektur kawasan Indo-Pasifik.
"Kami akan hadir, seperti yang dilakukan Wapres Harris dalam kunjungannya ke Asia Tenggara baru-baru ini. Anda dapat menantikan saya secara langsung berkunjung dan menghubungi Anda. Ketahuilah, saya benar-benar menantikan kerja sama ini. Bukan hanya karena berbagai kepentingan bersama yang kita miliki, tetapi juga karena nilai-nilai dan visi bersama kita, di mana setiap negara dapat bersaing dan berhasil di sebuah arena yang setara, dan bahwa semua negara, tak peduli seberapa besar atau kuat, patuh terhadap hukum,” janjinya.
Keterlibatan itu terjadi seiring keinginan Biden untuk memperkuat kehadiran AS di wilayah Pasifik, dalam menghadapi China yang berkembang menjadi lawan ekonomi dan keamanan nasional.
Kelompok perdagangan US-ASEAN Business Council menyambut baik keterlibatan kembali Amerika. Marc Mealy mengatakan, “Kita berbicara tentang sebuah kawasan yang pada tahun 2030 akan menjadi salah satu ekonomi kawasan terbesar di dunia. Kita berbicara tentang kawasan Asia Tenggara, yang terdiri dari 10 negara, yang setiap tahunnya mengimpor barang dari 21 negara bagian di AS senilai lebih dari 1 miliar dolar.”
Meski Amerika dipandang sebagai penjamin keamanan dalam menghadapi ambisi militer China, Washington tertinggal jauh di banding Beijing dalam hal hubungan ekonomi.
ASEAN adalah mitra dagang terbesar China. Keduanya juga terlibat dalam Kemitraan Ekonomi Kompresentif Regional (RCEP). Ditandatangani pada 2020, kemitraan tersebut merupakan perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia, tanpa melibatkan AS.
AS juga tidak termasuk dalam Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP), perjanjian perdagangan bebas yang sebelumnya dikenal sebagai Kemitraan Trans-Pasifik (TPP). Pada 2016, TPP dipromosikan oleh Presiden Barack Obama, namun ditinggalkan Presiden Trump pada 2017.
Prashanth Parameswaran adalah peneliti Wilson Center’s Asia Program. “Dalam beberapa isu, baik perdagangan maupun iklim, AS memainkan peran penting pada tahap persiapan, lalu kadang meninggalkannya. Dan negara-negara seperti Jepang dan ASEAN mampu melanjutkan warisan itu setelahnya. Tapi yang menurut saya akhirnya kalah justru AS.”
Sementara persaingan AS dan China semakin meningkat, para anggota ASEAN menggarisbawahi perlunya kerja sama dengan kedua negara. Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan bahkan menawarkan Indonesia menjadi mediator kedua negara.
"Saya pikir Indonesia bisa saja menjembatani mungkin kalau ada perbedaan (Amerika) dengan China, kita bisa memainkan peran, karena hubungan kita dengan China sangat baik," ujar Luhut.
Sementara itu, Myanmar tidak menghadiri KTT ASEAN tahun ini setelah blok tersebut mencoret nama pemimpin junta Myanmar dari pertemuan tahunan, karena mengabaikan peta jalan damai yang disepakati enam bulan lalu menyusul kudeta militer negara itu. [rd/jm]