Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan berdasarkan rapat koordinasi yang diadakan di Pos Pendampingan Nasional (Pospenas) hari Sabtu (6/10), diputuskan bahwa pencarian dan evakuasi korban gempa bumi dan tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah akan rampung pada 11 Oktober 2018.
Ini sesuai dengan masa tanggap darurat yang telah ditentukan, yaitu 14 hari sejak terjadinya bencana. Menurutnya, dalam proses evakuasi yang lebih dari 14 hari, korban sudah dinyatakan meninggal dunia. Kalau pun di temukan kondisinya sudah tidak utuh. Korban yang belum ditemukan ketika masa tanggap darurat berakhir akan dinyatakan hilang. Upaya pencarian tidak serta merta dihentikan, tetapi porsinya dikurangi.
"Bukan total tidak dilakukan pencarian, tetap ada. Cuma kekuatan baik personil, peralatan, dikurangi. Kemudian personil-personil yang awalnya melakukan pencarian korban tadi, bisa untuk melakukan aktifitas yang lain. Misal perbaikan atau pembersihan puing-puing bangunan. Ini memerlukan waktu dan tenaga yang cukup besar untuk membersihkan puing-puing bangunan agar masyarakat tidak stress," ujar Sutopo dalam jumpa pers, di Graha BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Minggu, (7/10).
Ditambahkannya, hingga hari ini sudah ada sekitar 8.110 orang meninggalkan Palu menuju ke Makassar, Balikpapan, Jakarta dan Manado. Dari jumlah itu, sekitar 6.157 orang dievakuasi dengan menggunakan pesawat udara, dan 1.913 orang menggunakan kapal laut. Sutopo mengatakan banyak warga tersebut hanya ingin keluar dari Kota Palu untuk sementara waktu.
"Mereka adalah warga yang memang ingin keluar untuk sementara dari Kota Palu, menuju ke beberapa tempat tadi untuk menumpang sanak saudara dan kerabat. Mereka keluar dari Palu karena masih trauma dan stress akibat bencana, juga karena, kebutuhan sehari-hari belum normal dan mencukupi semua," kata Sutopo.
Memasuki hari ke-delapan pasca gempa bumi dan tsunami jumlah korban meninggal pun terus bertambah. Sampai pukul 13.00 WIB, jumlah korban meninggal 1.763 orang, yang tersebar di Kota Palu 1.519 orang, Donggala sebanyak 159 orang, kemudian 69 orang ditemukan di Sigi, lalu 15 orang di temukan di Parigi Moutong, dan satu orang ditemukan di Pasangkayu.
Dari jumlah korban yang meninggal itu, 1.755 sudah dimakamkan – baik di pemakaman massal maupun yang dilakukan keluarga.
Korban luka berat yang masih dirawat di rumah sakit mencapai 2.632 orang. Sementara korban hilang mencapai 265 orang, korban tertimbun 152 orang dan pengungsi 62.359 orang yang tersebar di 147 titik.
BNPB juga mencatat adanya 66.929 unit rumah yang rusak. Sementara jumlah sekolah yang rusak mencapai 2.726 unit.
Kemendikbud Upayakan Proses Belajar di Palu Segera Dimulai
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam keterangan tertulis, memastikan kegiatan belajar mengajar pasca gempa akan segera dimulai.
Untuk mempercepat normalisasi proses belajar, Muhadjir mengatakan pihaknya akan membangun sekolah darurat yang terbuat dari tenda dengan standar UNICEF. Ditambahkannya, dengan Rp30 juta, sudah bisa membuat sekolah darurat yang terdiri dari enam kelas.
Sedangkan untuk kebijakan jangka panjangnya, Kemendikbud akan mengadakan relokasi sekolah-sekolah yang sudah tidak dapat digunakan dan sekaligus menerapkan kebijakan zonasi yang saat ini sudah dilakukan.
Sementara untuk menangani siswa yang mengungsi ke luar Sulteng, Muhadjir mengimbau pemerintah daerah lainnya mengedepankan fleksibilitas dalam menerima siswa baru terdampak gempa di Palu dan Donggala. [gi/em]