Tautan-tautan Akses

Bantuan Terus Mengalir ke Palu 


Personel militer Indonesia dan Jepang membongkar bantuan untuk korban bencana gempa bumi dan tsunami dari pesawat kargo Angkatan Udara Jepang di bandara Mutiara Sis Al-Jufri di Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia, 6 Oktober 2018.
Personel militer Indonesia dan Jepang membongkar bantuan untuk korban bencana gempa bumi dan tsunami dari pesawat kargo Angkatan Udara Jepang di bandara Mutiara Sis Al-Jufri di Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia, 6 Oktober 2018.

Tim SAR, Sabtu (6/10) berhasil mengevakuasi lebih banyak mayat dari pemukiman-pemukiman terdampak gempa paling parah di kota Palu, sementara semakin banyak bantuan internasional yang tiba.

BNPB mengatakan jumlah korban tewas akibat bencana itu telah mencapai 1.649 orang, sementara 265 lainnya masih hilang. Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah seiring masuknya tim relawan ke berbagai pelosok kota Palu dan Donggala yang selama ini belum terjangkau.

Personel militer Indonesia dan Jepang membongkar bantuan dari sebuah pesawat kargo Angkatan Udara Jepang di bandara Mutiara Sis Al-Jufri di Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia, Sabtu, 6 Oktober 2018.
Personel militer Indonesia dan Jepang membongkar bantuan dari sebuah pesawat kargo Angkatan Udara Jepang di bandara Mutiara Sis Al-Jufri di Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia, Sabtu, 6 Oktober 2018.

Sebuah pesawat Jepang mendarat di bandara Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Sabtu pagi (6/10). Sejumlah personil Pasukan Bela Diri Jepang membongkar berton-ton bantuan yang mencakup obat-obatan dan generator listrik. Seluruh bantuan ini dihiasi bendera Jepang dengan kata-kata yang menggugah ‘’dari rakyat Jepang.’’ Beberapa negara lain juga telah mengirim pesawat dan bantuan.

Ribuan warga yang mengungsi ke sejumlah tempat penampungan mengatakan sudah mendapat bantuan air bersih dan mie instan, tetapi belum ada bantuan lain. “Ada pasokan, tetapi kemudian dijarah. Di sepanjang jalan menuju ke posko-posko bantuan, barang-barang bantuan itu dijarah orang,” ujar Bahamid Fawzi kepada Associated Press.

Ditambahkannya, “ini kerap terjadi dalam krisis, kami tidak punya air bersih, tidak punya makanan. Warga jadi mulai menjarah toko-toko. Bukan karena mereka pencuri, tetapi karena kami benar-benar membutuhkannya. Tidak ada air dan makanan, jadi suka atau tidak kami terpaksa melakukannya.” [em]

XS
SM
MD
LG