Tanggal 8 Maret adalah Hari Perempuan Internasional, yang dirayakan dengan festival, konser dan pameran di seluruh dunia untuk merayakan pencapaian perempuan di masyarakat. Para fotografer Reuters berbicara dengan sejumlah perempuan dari profesi yang berbeda-beda di seluruh dunia mengenai pengalaman mereka soal ketidaksetaraan gender.
Perempuan Bekerja Bahas Ketidaksetaraan Gender

5
Christine Akoth, 38, pelukis logam, difoto di Nairobi, Kenya (27/2). "Saya mengalami bias gender dalam pekerjaan saya, dimana terkadang saya tidak dikontrak hanya karena saya perempuan dan mungkin karena status pernikahan saya. Beberapa kolega perempuan telah diperlakukan tidak adil karena jenis kelamin mereka dan bahkan dieksploitasi," ujar Akoth. (Reuters/Thomas Mukoya)

6
Tara McCannel, 44, Profesor Madya bidang Optalmologi, bergelar M.D., Ph.D., Direktur Pusat Onkologi Optalmik di UCLA, dan Institut Mata Stein di Fakultas Kedokteran David Geffen di University of California, Los Angeles (UCLA), difoto di Los Angeles, California (27/2). "Perempuan harus memenuhi standar yang lebih tinggi dalam hal pengetahuan, kemampuan, praktik klinis, penampilan," ujar McCannel. "Perempuan tidak bisa hanya menjadi dirinya sendiri atau berpikir: 'Oh saya hanya akan melakukan pekerjaan saya' dan fokus pada pekerjaan. Ada hal-hal lain yang harus dipertimbangkan karena kesetaraan tidak sepenuhnya ada meskipun situasi membaik."(Reuters/Lucy Nicholson)

7
Chrifa Nimri, 69, seorang nelayan, membereskan jalanya setelah kembali dari mencari ikan di pelabuhan Sidi Bou Said, di Tunis, Tunisia (23/2). "Pada awal karier nelayan saya, seluruh dunia mengatakan perdagangan itu adalah untuk laki-laki, tapi sekarang semua kolega saya menghormati saya dan memanggil saya kapten," ujar Chrifa. (Reuters/Zoubeir Souissi)
![Elizabeth Mamani, 36, wartawan di Radio Union, berpose di dalam gedung kongres nasional Bolivia di La Paz (22/2). "Ketika saya mulai bekerja, saya merasakan diskriminasi [dari pejabat yang mengatur akses pers ke acara-acara]. Untuk melawan diskriminasi dalam profesi ini, sebagai perempuan, kita harus berprestasi, harus siap di segala situasi," ujar Mamani. (Reuters/David Mercado)](https://gdb.voanews.com/c0c498f2-65b2-4dd1-a18b-dbdd2886bc0c_w1024_q10_s.jpg)
8
Elizabeth Mamani, 36, wartawan di Radio Union, berpose di dalam gedung kongres nasional Bolivia di La Paz (22/2). "Ketika saya mulai bekerja, saya merasakan diskriminasi [dari pejabat yang mengatur akses pers ke acara-acara]. Untuk melawan diskriminasi dalam profesi ini, sebagai perempuan, kita harus berprestasi, harus siap di segala situasi," ujar Mamani. (Reuters/David Mercado)