Unit Indonesia dari Freeport-McMoRan Inc dapat melanjutkan pertambangan terbuka di kompleks Grasberg, salah satu tambang tembaga terbesar di dunia, setelah perusahaan itu setuju untuk meningkatkan keamanan menyusul kecelakaan fatal bulan lalu, menurut seorang pejabat pemerintah, Senin (13/10).
Ratusan pemrotes yang marah memblokir akses selama dua hari awal Oktober ke daerah tambang terbuka di kompleks tembaga tersebut, dimana produksi sedang dihentikan menyusul kematian empat pekerja pada 27 September. Daerah itu mencakup lebih dari setengah hasil tambang.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyelidiki kecelakaan tersebut dan kemudian meminta perusahaan berbasis di Arizona itu untuk mengusulkan perubahan-perubahan dan kebijakan keamanan Kamis lalu.
Perubahan-perubahan ini tidak memuaskan para pejabat pemerintah, yang meminta Freeport mengirim perbaikan dalam dua hari. Hal tersebut telah dipenuhi dan perusahaan tersebut telah diberi lampu hijau untuk melanjutkan pertambangan terbuka, menurut Bambang Susigit, Direktur Teknik dan Lingkungan di Kementerian ESDM.
"Kami telah menyetujui Freeport untuk melanjutkan operasi-operasi di Grasberg," ujarnya pada kantor berita Reuters, menambahkan bahwa perusahaan harus memberlakukan empat perbaikan keamanan utama di tambang Papua tersebut.
Pertambangan terbuka masih dihentikan Senin, menurut CEO Freeport Indonesia Rozik Soetjipto, menambahkan bahwa perusahaan masih menunggu keputusan dari Kementerian. Ia mengatakan ia berharap dapat menerima keputusan tersebut segera.
Para pekerja Freeport terlibat dalam pemblokiran, yang tidak didukung oleh serikat-serikat pekerja, yang masih berusaha melakukan pembicaraan dengan manajemen lokal menyusul kecelakaan tersebut. Para pejabat serikat pekerja tidak dapat dihubungi Senin. (Reuters)