Kelompok Islam di Indonesia, Front Pembela Islam atau FPI telah mengumumkan akan memboikot Facebook dan layanan pesan instan WhatsApp pada hari Natal, dan mengadakan aksi protes di muka kantor Facebook Indonesia dalam waktu dekat.
Mereka mengatakan bahwa Facebook - seperti media sosial utama lainnya Twitter dan Instagram - telah memblokir beberapa akun FPI, dan Facebook membolehkan halaman pro-LGBT dan anti-syariah untuk tetap beroperasi di situsnya, menurut grafik yang telah beredar di internet.
Kelompok tersebut juga berencana melakukan demonstrasi di Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia pada tahun baru.
Boikot itu tidak akan menimbulkan dampak besar pada Facebook, tetapi menunjukkan bahwa akun resmi FPI diblokir di banyak platform utama, membuat sebagian orang berspekulasi bahwa langkah tersebut adalah atas permintaan pemerintah.
"Itu tidak mungkin," kata Ross Tapsell, yang meneliti media di Asia Tenggara di Universitas Nasional Australia.
"Ada persepsi yang keliru, baik di dalam FPI maupun di luarnya, bahwa pemerintah Indonesia minta perusahaan media sosial seperti Facebook dan Twitter supaya halaman-halaman tertentu ditiadakan dan perusahaan-perusahaan ini mematuhi," katanya.
"Tetapi bukan demikian. Perusahaan media sosial memiliki kode etik sendiri , dan melalui debat internal yang cukup luas dan ketat, keputusan itu akhirnya dibuat," imbuhnya.
Dia mengatakan Facebook kemungkinan menutup halaman FPI, yang sebelumnya memuat hate speech atau ujaran kebencian dan menganjurkan kekerasan, karena melanggar persyaratan dan kebijakan perusahaan media sosial tersebut.
Ini adalah momen penting untuk FPI, yang telah meningkat pesat dari kelompok pinggiran, yang didirikan tahun 1999 setelah jatuhnya Presiden Suharto, menjadi organisasi arus utama yang mempengaruhi pemilihan gubernur di Jakarta.
Pada akhir tahun 2016, FPI mengorganisasi demonstrasi massal di Jakarta terhadap gubernur beragama Kristen dan seorang keturunanTionghoa, Basuki Tjahaja Purnama, karena diduga menghina Al-Quran. Kandidat yang akhirnya menang, Gubernur Anies Baswedan, secara terbuka bersekutu dengan FPI dalam kampanyenya. [sp/ii]