Para pejabat Filipina menjanjikan keamanan yang lebih baik untuk industri pertambangan penting di negara itu setelah para pemberontak komunis menyerang dan menduduki tiga pertambangan pekan ini.
Para pejabat mengatakan Selasa bahwa Presiden Benigno Aquino telah memerintahkan peninjauan ulang terhadap prosedur di pertambangan-pertambangan di negara itu dan bahwa para penanam modal sebaiknya yakin bahwa para pelaku serangan hari Senin itu akan dimintai pertanggung-jawaban.
Namun, seorang juru bicara presiden mengakui serangan-serangan itu telah lebih mempersulit tercapainya kemajuan dalam perundingan perdamaian dengan pemberontak Tentara Rakyat Baru.
Sebelumnya diberitakan, ratusan gerilya komunis bersenjata berat menyerang tiga perusahaan pertambangan di Filipina. Pejabat keamanan Filipina berusaha memverifikasi laporan bahwa dua atau tiga pengawal sipil tewas dalam serangan hari Senin.
Para anggota pasukan pemberontak Tentara Rakyat Baru membakar peralatan berat, melucuti pengawal dan menyandera beberapa orang untuk beberapa waktu. Salah satu perusahaan, Taganito Mining Corporation, terpaksa menghentikan operasi untuk sementara. Perusahaan ini dimiliki Nickel Asia, bagian dari Japan Sumitomo Corporation.
Kelompok Maois telah berusaha menggulingkan pemerintah selama lebih dari 40 tahun. Mereka meneruskan serangan mereka meskipun dilanjutkannya pembicaraan perdamaian tahun ini. Sekitar 150 ribu orang tewas dalam pembrontakan Asia yang paling lama.
Departemen Luar Negeri Amerika memasukkan Tentara Rakyat Baru sebagai kelompok teroris. Katanya, kelompok itu secara rutin menyerang bisnis yang menolak memenuhi tuntutan pemerasan atau apa yang mereka sebut “pajak revolusioner.”