Presiden Filipina Rodrigo Duterte hari Minggu (2/10) “dengan tulus meminta maaf” kepada komunitas Yahudi di dunia, karena membandingkan perang melawan pedagang narkoba yang dilakukannya di Filipina dengan holocaus Nazi pada Perang Dunia Kedua.
“Saya ingin menegaskan di sini bahwa tidak pernah ada niat untuk merusak kenangan atas pembunuhan enam juta warga Yahudi oleh Jerman,” ujar Duterte dalam pembukaan sebuah festival di kota Bacolod.
Ia mengakui bahwa pernyataannya pekan lalu meninggalkan kesan buruk pada banyak orang.
Tetapi ditambahkannya, bahwa ia tidak akan minta maaf kepada para pengecam atas penumpasan yang kerap dilakukan secara keras dan tegas terhadap pengguna, produsen, dan penjual narkoba.
Perang melawan narkoba yang dilakukan Duterte diperkirakan telah menewaskan sekitar tiga ribu orang, yang banyak di antaranya dilakukan tanpa pengadilan. Duterte menggunakan kata-kata keras terhadap pengacara Uni Eropa dan pejabat-pejabat HAM PBB yang “bodoh”, yang telah mengecam kampanye anti-narkoba yang dilakukannya, dan ia mengancam akan mengusir mereka dari Filipina.
Duterte hari Jumat (30/9) mengatakan, “Hitler membantai tiga juta warga Yahudi, kini ada tiga juta pecandu narkoba di sini. Saya senang bisa membantai mereka.”
Para sejarawan mengatakan jumlah warga Yahudi yang dibunuh oleh Nazi sedikitnya enam juta orang.
Pembantu-pembantu Duterte mengatakan ia marah dan menanggapi pernyataan pejabat-pejabat PBB yang membandingkan strateginya dengan pembantaian massal Hitler dan diktator Uni Soviet Josef Stalin.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Mark Toner menyebut pernyataan Duterte “mengganggu” dan menunjukkan kemunduran signifikan tradisi Filipina atas martabat dan kedaulatan. [em]