Perundingan antara aliansi dan dewan militer, yang merebut kekuasaan dalam kudeta bulan April, telah macet selama berminggu-minggu.
Pekerja yang meneriakkan slogan-slogan anti pemerintah berkumpul di luar pusat perbelanjaan mewah al-Waha di tengah kota Khartoum, menuntut diakhirinya pemerintahan militer.
“Para martir kami telah meninggal, dan kami kemungkinan akan kehilangan pekerjaan,” kata mereka merujuk pada puluhan orang yang tewas sejak dimulainya revolusi bulan Desember.
Hari Selasa adalah hari pertama dari pemogokan dua hari yang diserukan para pemimpin oposisi supaya junta militer menyerahkan pimpinan negara kepada penguasa sipil. Tentara mengambil-alih kekuasaan bulan April setelah tergulingnya presiden Omar al-Bashir menyusul demonstrasi jalanan yang berlangsung berbulan-bulan.
Bashir telah berkuasa hampir 30 tahun dan dituduh melakukan pelanggaran HAM dan korupsi.
Perundingan antara pihak oposisi dan dewan militer macet permulaan bulan ini setelah tentara menyerang demonstran, menewaskan beberapa orang dan melukai ratusan lainnya. Pihak oposisi mengatakan sedang meningkatkan aksi mereka supaya militer melepaskan kekuasaan mereka.
Hanya satu kelompok dari aliansi oposisi, Partai Umma, pimpinan berkas perdana menteri Saddiq al-Mahdi yang menolak ikut dalam pemogokan umum.
Para pekerja dan pegawai di seluruh Sudan memasang foto-foto mereka dalam media sosial sambil menunjukkan poster-poster mendukung aksi mogok itu. Pekerja tambang minyak, pabrik gula, pabrik semen, dokter hewan dan dokter gigi terdapat diantara para demonstran yang melakukan aksi mogok.
Banyak penerbangan internasional ke Sudan dibatalkan karena para pekerja penerbangan juga menyatakan ikut mogok. (ii)