China bersedia bekerja sama dengan Uni Eropa (UE) untuk meningkatkan kerja sama dan menanggapi “tantangan global”, kata Kementerian Luar Negeri China, Rabu (5/2), ketika blok tersebut menghadapi potensi penerapan tarif oleh Amerika Serikat atas pengirimannya ke negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
China sangat mementingkan hubungan dengan Uni Eropa dan berharap blok ini akan menjadi mitra kerja sama yang dapat diandalkan, kata Lin Jian, juru bicara Kemenlu China.
Kepala perdagangan Uni Eropa mengatakan pada Selasa (4/2) bahwa blok tersebut ingin secepatnya terlibat dengan Amerika Serikat terkait rencana tarif Presiden Donald Trump. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memperkirakan perundingan dengan Washington akan berlangsung alot.
Ketika hubungan trans-Atlantik berada di bawah tekanan dengan ancaman tarif Trump, para pendukung kebijakan keras terhadap China di Uni Eropa seperti von der Leyen menunjukkan tanda-tanda kesediaan untuk mengkaji kembali hubungan antara Beijing dan Brussel, sebuah ikatan yang telah diuji oleh ketegangan perdagangan dan hubungan Chinadengan Rusia.
Berbicara di Brussels pada Selasa (4/2), von der Leyen mengatakan bahwa Uni Eropa akan terus “mengurangi risiko” hubungannya dengan China, tetapi menambahkan bahwa ada ruang untuk “menemukan solusi” demi kepentingan bersama dan “menemukan kesepakatan” yang bahkan bisa memperluas hubungan perdagangan dan investasi.
Ia tidak memberikan perincian mengenai kesepakatan-kesepakatan tersebut.
Di Davos pada bulan lalu, von der Leyen juga mengatakan bahwa kedua belah pihak harus menemukan solusi untuk kepentingan bersama.
Pada Oktober, Uni Eropa memberlakukan tarif dua digit untuk kendaraan listrik buatan China setelah penyelidikan anti-subsidi, selain bea masuk mobil standar sebesar 10 persen. Langkah tersebut menuai protes keras dari Beijing, yang sebagai balasannya, meningkatkan hambatan masuk pasar untuk produk-produk tertentu dari UE seperti minuman beralkohol brendi. [my/jm]