Tautan-tautan Akses

Cek Fakta: Video Mahsa Amini Jatuh Bukan Bukti Ia Meninggal Karena Serangan Jantung


Seorang perempuan memegang poster dalam sebuah protes menyusul kematian Mahsa Amini, di depan markas PBB di Erbil, Irak pada 24 September 2022. (Azad Lashkari/Reuters)
Seorang perempuan memegang poster dalam sebuah protes menyusul kematian Mahsa Amini, di depan markas PBB di Erbil, Irak pada 24 September 2022. (Azad Lashkari/Reuters)
Kantor Berita Republik Islam

Kantor Berita Republik Islam

"Polisi Iran mempublikasikan video yang menunjukkan kematiannya akibat serangan jantung, dan membuktikan berita bohong yang disebarkan oleh media barat dan pers anti-Iran."

Salah

Protes massal terus berlangsung di Iran setelah Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi berusian 22 tahun, meninggal setelah ditahan oleh polisi moral di Teheran awal bulan ini.

Teheran mengklaim reaksi kematian Amini di media dan pejabat Barat sebagai upaya untuk "melanggar kedaulatan Iran," dan menuduh adanya “perang opini dan perang hibrida (perang siber) terhadap negara Iran.”

Foto yang diambil dari unggahan peserta demo menunjukkan perempuan Iran melakukan protes di pusat kota Yazd pada 26 September 2022, setelah kematian Mahsa Amini. (AFP)
Foto yang diambil dari unggahan peserta demo menunjukkan perempuan Iran melakukan protes di pusat kota Yazd pada 26 September 2022, setelah kematian Mahsa Amini. (AFP)

Iran mengklaim Amini meninggal akibat gagal ginjal. Rezim di Teheran mengatakan tudingan bahwa ia dipukuli ketika ditahan oleh polisi adalah berita bohong.

Kantor Berita Republik Islam mengatakan:

"Media dan influencer barat dalam beberapa hari terakhir berupaya keras untuk memperparah kerusuhan di Iran dan mengklaim kematian Mahsa Amini akibat tindak kekerasan polisi, padahal video yang dipublikasikan oleh Polisi Iran menunjukkan kematiannya akibat serangan jantung, dan membuktikan berita bohong yang disebarkan oleh media barat dan pers anti-Iran."

Klaim Teheran soal video Amini jatuh di kantor polisi "membuktikan" bahwa ia meninggal akibat serangan jantung adalah salah.

Tanpa otopsi independen, penyebab pasti kematian Amini masih belum diketahui. Tapi bukti mengindikasikan bahwa polisi moral Iran memukulinya karena ia tidak memakai hijab dengan semestinya.

Polisi Iran mengeluarkan video CCTV, yang menunjukkan seorang perempuan yang mereka identifikasi sebagai Amini tengah berinteraksi dengan seorang polisi perempuan di kantor polisi. Setelah percakapan singkat, Amini memegangi kepalanya, meraih kursi, dan terjatuh.

Iran mengatakan video itu telah membantah klaim bahwa Amini dipukul polisi, dan ia "meninggal akibat gagal jantung."

Tapi saksi mata tidak mengklaim bahwa Amini dipukuli di kantor polisi. Justru, mereka menduga dia dipukuli di dalam mobil van polisi setelah ditangkap di luar stasiun kereta di Teheran pada 13 September.

Erfan Mortezaei, sepupu Amini, mengatakan kepada media Inggris Sky News, bahwa Amini kehilangan penglihatannya dan pingsan di kantor polisi karena "gegar otak akibat pukulan di kepalanya."

Mortezaei mengatakan seorang saksi di dalam mobil mengatakan Amini "disiksa dan dihina" sepanjang perjalanan ke kantor polisi.

Ayah Amini juga mengklaim rekaman CCTV direkayasa. Direkayasa atau tidak, rekaman itu tidak membuktikan Amini meninggal karena gagal jantung.

Dengan mengeluarkan rekaman video itu, pihak berwenang Iran tampaknya ingin menyiratkan bahwa jika Amini terluka parah akibat perlakuan polisi, dia tidak akan bisa berjalan ke dalam kantor polisi, berinteraksi dengan orang lain, atau kelihatan "normal."

Tapi dampak dari cedera di kepala bisa berbentuk macam-macam. Contohnya dalam olahraga tinju, di mana sebagian besar kematian adalah akibat cedera otak.

Mayfield Clinic, yang mempunyai spesialisasi dalam operasi otak dan tulang belakang, mengatakan hal berikut ini terkait cedera otak traumatik:

"Awalnya seseorang mungkin kelihatan baik-baik saja, tapi keadaan mereka bisa menurun dengan cepat. Setelah dampak awal muncul, otak mengalami trauma yang tertunda. Otak ini membengkak, mendorong lapisan tengkorak dan mengurangi aliran darah yang kaya oksigen. Ini disebut cedera sekunder, yang seringkali lebih berbahaya daripada cedera primer."

Tentu saja, hal ini juga tidak membuktikan bahwa Amini meninggal akibat cedera otak. Namun, muncul bukti lain bahwa Amini telah mengalami cedera di kepalanya.

Seorang peserta demo memegang kertas bergambarkan Mahsa Amini di depan Brandenburg Gate di Berlin, Jerman, pada 23 September 2022. (Christian Mang/Reuters)
Seorang peserta demo memegang kertas bergambarkan Mahsa Amini di depan Brandenburg Gate di Berlin, Jerman, pada 23 September 2022. (Christian Mang/Reuters)

Surat kabar Inggris, Guardian, melaporkan hasil CT scan "kepala Amini menunjukkan adanya patah tulang, pendarahan, dan edema otak (pembengkakan otak), yang tampaknya memastikan kalau ia meninggal karena kepalanya dipukuli."

Sumber foto-foto dan berkas medis lainnya adalah kelompok hacktivist (peretas yang melakukan peretasan dengan membawa pesan moral atau politik, atau sosial) yang sengaja membocorkan hasil CT scan itu kepada media penyiaran Iran berbahasa Farsi, Iran International.

Berkas-berkas medis itu belum diverifikasi secara independen sebagai dokumen terkait hasil CT scan Amini.

Iran International melaporkan berkas medis dan foto-foto itu "menguatkan laporan sebelumnya" dari sumber rumah sakit bahwa Amini meninggal akibat trauma otak, setelah mengalami "pukulan berkali-kali" di kepalanya.

Namun, Iran International dikritik dan dianggap "bias", karena mempunyai ikatan finansial dengan Arab Saudi, saingan utama Iran di Timur Tengah. Stasiun televisi itu bersikeras bahwa mereka independen secara editorial.

Foto Amini lain yang telah diverifikasi di RS Kasra di Teheran, di mana ia meninggal, menunjukkan darah mengucur dari salah satu telinganya dan luka memar di bawah matanya.

Seorang pejabat media tinggi Iran melaporkan kepada presiden Dewan Medis Iran bahwa cedera yang tampak di foto "sesuai dengan gejala terkait cedera kepala dan pendarahan yang diakibatkan oleh cedera itu," bukan serangan jantung.

Para dokter di media sosial mengamati "pendarahan dari telinganya bisa jadi akibat [dari] pukulan di kepala," seperti yang dilaporkan Radio Free Europe/Radio Liberty.

Menteri Dalam Negeri Iran mengklaim Amini "tampaknya punya masalah fisik sebelumnya." Tapi keluarga Amini mengatakan ia tidak punya kelainan medis. Mereka mengatakan bahwa staf rumah sakit tidak mengizinkan mereka untuk melihat jenazahnya.

Iran mencoba menyalahkan Barat atas kerusuhan yang timbul akibat kematian Amini. Lebih dari 75 demonstran dilaporkan tewas dalam bentrokan dengan polisi. Teheran memberlakukan pembatasan akses internet, dan jurnalis yang meliput protes tersebut ditahan.

Pakar media pemerintah mengklaim Amerika Serikat memanipulasi kematian Amini untuk "menghasut agar terjadi 'perubahan rezim' di Iran."

Pada 22 September, Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada polisi moral Iran "karena telah menyiksa dan melakukan kekerasan terhadap perempuan Iran, serta pelanggaran terhadap hak-hak demonstran di Iran untuk melakukan protes secara damai."

XS
SM
MD
LG