Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada 4 Februari, menembak jatuh balon mata-mata China yang dicurigai telah melintasi wilayah udara AS selama berhari-hari.
Balon udara yang terlihat melayang selama berhari-hari di angkasa dekat lokasi militer AS menjadi berita utama. Insiden tersebut juga memicu kegaduhan politik dan mendorong Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunda lawatannya ke Beijing yang dianggap berisiko tinggi.
China menyesali insiden "masuknya pesawat itu secara tidak disengaja ke wilayah udara AS karena force majeure," tetapi menyebut penembakan balon yang dilakukan AS itu "jelas-jelas reaksi yang berlebihan."
“Benda angkasa itu dari China. Itu adalah benda angkasa sipil yang digunakan untuk tujuan penelitian, terutama meteorologi. Karena angin dan dengan kemampuan swakendali yang terbatas, pesawat menyimpang jauh dari rute yang telah direncanakan,” kata Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan Beijing itu menyesatkan.
Pemerintah AS, yang memantau balon tersebut selama berhari-hari sebelum akhirnya memutuskan untuk menembak jatuh, menampik penjelasan China mengenai balon itu.
“(Kami) tahu soal pernyataan RRC. Namun, faktanya kami tahu itu adalah balon pengintai,” Brigadir Jenderal Pat Ryder, juru bicara Pentagon, mengatakan kepada wartawan pada 3 Februari.
Militer AS “berhasil mengumpulkan informasi intelijen tentang balon tersebut saat terbang di atas wilayah AS, memberi mereka waktu beberapa hari untuk menganalisisnya dan mempelajari bagaimana balon tersebut bergerak dan apa yang dapat diintainya,” lapor The Associated Press, mengutip dua senior pejabat pertahanan AS yang berbicara dengan kondisi anonim.
Fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa balon itu dapat bermanuver juga melemahkan klaim China yang mengatakan balon tersebut mengudara di atas langit AS akibat dorongan angin dan memiliki kemampuan swakemudi yang terbatas.
Setelah Pentagon mengidentifikasi balon itu secara terbuka, “China berusaha mengarahkan balon tersebut untuk meninggalkan AS secepat mungkin,” kata Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schumer dalam siaran pers pada 5 Februari. Seorang pejabat AS yang berbicara dengan AP dengan syarat tidak disebut identitasnya menegaskan bahwa balon "mengubah arah pada saat itu."
Reuters melaporkan bahwa balon tersebut “tampaknya bergerak mendekati sejumlah pangkalan rahasia AS termasuk Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom di Montana, di mana terdapat 150 silo rudal balistik antarbenua. Balon itu juga mengudara di atas Pangkalan Angkatan Udara Offutt di Nebraska, markas Komando Strategis AS, yang bertanggung jawab pada masalah kekuatan nuklir. Balon itu juga tampak melayang di atas Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri, yang mengoperasikan pesawat pembom B-2 milik Angkatan Udara.”
Reuters mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebut namanya yang mengatakan bahwa balon itu "memiliki baling-baling dan kemudi" dan "berkeliaran di tempat-tempat tertentu":
“(Balon) itu bergerak ke kiri, kanan. Kami melihatnya bermanuver di dalam arus angin. Begitulah cara beroperasinya."
China pada 7 Februari mengonfirmasi bahwa balon kedua yang terpantau Pentagon melayang di langit Amerika Latin adalah miliknya. Namun lagi-lagi Beijing bersikeras bahwa obyek itu adalah balon cuaca.
AP mengutip sejumlah pejabat AS, melaporkan bahwa balon-balon itu “adalah bagian dari armada yang digunakan China untuk mengintai” dan “dapat dikendalikan dari jarak jauh melalui motor kecil dan baling-baling.”
The New York Times, mengutip seorang pejabat senior pemerintahan AS, melaporkan bahwa balon pengintai China itu “terlihat di sejumlah negara di lima benua.”
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan kepada Times bahwa balon pengintai China sebelumnya pernah sekali tersesat melayang ke wilayah udara AS saat pemerintahan Presiden Joe Biden. Sementara di saat pemerintahan Donald Trump, terdapat tiga balon pengintai milik Beijing yang juga mengudara di langit AS.
AP, mengutip seorang pejabat AS, melaporkan bahwa balon pengintai China “membawa peralatan pengintaian yang terletak di bawah balon yang biasanya tidak terkait dengan kegiatan meteorologi standar atau penelitian sipil.”
Para pakar meteorologi AS mengatakan balon China yang terlihat di AS pada minggu lalu tidak terlihat seperti balon cuaca pada umumnya.
"Ciri-ciri balon ini yang dilaporkan tidak sama dengan apa pun yang kami kenal," kata Jonathan Porter, Kepala Pakar Meteorologi di Accuweather, kepada majalah Time.
ABC News pada 2 Februari mengutip seorang pejabat pertahanan AS, menggambarkan ukuran balon itu setara dengan lebar tiga bus sekolah, yaitu sekitar 27 meter. Namun, balon cuaca yang biasa digunakan Badan Cuaca Nasional AS memiliki lebar hanya sekitar dua meter saat diluncurkan, melebar hingga berdiameter sekitar enam meter saat naik ke udara, dan "hanya dapat melayang di udara selama beberapa jam," lapor Weather.com.
Marina Miron, seorang peneliti studi pertahanan di Kings College London, mengatakan kepada BBC bahwa beberapa balon memang memiliki kemampuan dapat berdiam di suatu tempat untuk mengumpulkan data, sesuatu yang “tidak dapat Anda lakukan dengan satelit.”
The Washington Post, mengutip seorang pejabat Pentagon, melaporkan bahwa “balon dapat melayang lebih lama di atas target, seperti di lokasi ICBM (rudal nuklir antarbenua) di Montana yang dilintasinya beberapa hari yang lalu. Namun, mereka bergerak, dan kemampuan pengumpulan sinyalnya tidak jauh berbeda dari sistem lain yang dimiliki China…”
Surat kabar itu mencatat bahwa balon tersebut juga "memberikan gambar-gambar yang terperinci dengan lebih baik.”
The Post menambahkan "ada kemungkinan misi tersebut merupakan upaya untuk memicu radar atau data elektronik AS, yang akan berguna dalam menghadapi potensi konflik di masa mendatang... tetapi langkah semacam itu hanya akan memiliki hasil yang terbatas."
Para pakar mengatakan bahwa pod yang diambil dari balon yang jatuh akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang misi balon tersebut.