Mantan Wakil Presiden AS Joe Biden, yang diproyeksikan sebagai pemenang pemilihan presiden AS, berjanji untuk menjadi "presiden yang tidak memecahbelah, tapi mempersatukan" bangsa. Hal itu disampaikannya dalam pidato kepada bangsa pada Sabtu malam (7/11) dari Wilmington, negara bagian Delaware.
Senada dengan pidato-pidato sebelumnya, Biden mengatakan "waktunya mengesampingkan retorika yang kasar, meredam ketegangan, serta saling bertemu dan saling mendengar satu sama lain lagi."
Biden mendesak para pendukungnya untuk merangkul mereka yang tak memilihnya, dan ia menyadari kekecewaan mereka yang mendukung Presiden Donald Trump.
"Saya sendiri pernah kalah beberapa kali," kata Biden, "sekarang waktunya beri orang lain kesempatan."
Presiden terpilih juga mengumumkan bahwa Senin (9/11) ia akan meluncurkan sebuah satgas Covid-19 yang "dibangun berdasarkan sains" untuk mulai berusaha mengatasi pandemi. Data Universitas Johns Hopkins mengatakan Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 9.8 juta warga AS dan menewaskan lebih dari 237 ribu.
Biden akan dilantik pada 20 Januari 2021, bersama dengan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris, yang kini menjabat sebagai senator AS dari California.
Biden diperkenalkan oleh Harris, Sabtu (7/11) malam. Harris adalah puteri dari pasangan imigran. Dia juga merupakan perempuan berkulit hitam dan keturunan India pertama yang menjabat sebagai wakil presiden.
"Ketika demokrasi kita berada dalam surat suara dalam pemilu ini, dengan jiwa raga Amerika dipertaruhkan dan disaksikan dunia, Anda membawa hari baru bagi Amerika," katanya kepada massa yang berkumpul di luar ruangan sambil menjaga jarak.
Dia berterima kasih kepada para pemilih di seluruh negara itu karena muncul dalam jumlah terbanyak dan memberikan "pesan nyata: kalian memilih harapan, persatuan, sains dan, ya, kebenaran," katanya. "Kalian memilih Joe Biden sebagai presiden AS mendatang."
Harris mengenakan jas berwarna putih sebagai bentuk penghormatan pada hak-hak perempuan. Dia mengawali pidatonya dengan memberi penghormatan kepada mendiang John Lewis, anggota Kongres dari negara bagian Georgia yang juga seorang pejuang hak-hak sipil. Harris juga memberi penghormatan kepada ibunya, Shyamala Gopalan Harris, dan para perempuan lain yang lahir sebelum dirinya.
"Meskipun saya menjadi perempuan pertama di jabatan ini, saya tidak akan menjadi yang terakhir," katanya. "Setiap anak perempuan yang menonton malam ini, melihat bahwa ini merupakan negara yang penuh peluang."
Biden, seorang Demokrat yang telah menjabat 36 tahun di Senat AS dan delapan tahun sebagai wakil presiden Barack Obama, diproyeksikan sebagai pemenang pilpres Sabtu siang (7/11), setelah sejumlah organisasi berita memastikan dia meraih jumlah suara yang unggul dengan selisih besar di negara bagian Pennsylvania.
Trump: Pemilihan Presiden Masih Jauh dari Selesai
Dalam pernyataan, tim kampanye Presiden Donald Trump mengatakan atas nama Trump "pemilihan ini masih jauh dari selesai." Ia juga klaim Joe Biden terburu-buru menyatakan kemenangannya karena tidak ingin kebenaran terungkap.
“Kenyataannya sederhana, pemilu jauh dari selesai. Joe Biden belum disahkan sebagai pemenang di negara bagian manapun, apalagi di negara bagian yang masih harus melakukan penghitungan ulang, atau di negara bagian di mana tim kampanye kami telah mengajukan tuntutan hukum sah yang pada akhirnya akan menentukan pemenang sesungguhnya.”
“Suara yang legal yang menentukan siapa yang jadi presiden, bukan media,” tambahnya.
Ia juga mengatakan mulai Senin (9/11), tim kampanyenya akan memulai proses hukum untuk memastikan hukum pemilu ditegakkan sepenuhnya, dan pemenang yang sah yang menduduki jabatan. [vm/ah]