Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan mundur dari pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera yang tengah dibahas dalam negosiasi di Qatar disepakati.
Ben-Gvir meminta Menteri Keuangan Bezalel Smotrich ikut menolak kesepakatan gencatan senjata itu. Ia menyebut kesepakatan tersebut sebagai bentuk penyerahan diri yang berbahaya kepada Hamas.
"Langkah ini adalah satu-satunya kesempatan kita untuk mencegah (kesepakatan) itu terlaksana, dan mencegah Israel menyerah kepada Hamas, setelah lebih dari setahun perang berdarah, di mana lebih dari 400 tentara IDF (Pasukan Pertahanan Israel) gugur di Jalur Gaza, dan untuk memastikan bahwa kematian mereka tidak sia-sia," kata Ben-Gvir di X.
Smotrich menyatakan penolakannya terhadap kesepakatan tersebut pada Senin, tetapi tidak mengancam akan meninggalkan koalisi Netanyahu. Sebagian besar menteri diperkirakan mendukung gencatan senjata bertahap yang mengatur penghentian pertempuran dan pembebasan sandera.
Ben-Gvir menyuarakan pendapat yang sama dengan Smotrich, yang menolak gencatan senjata. Smotrich menegaskan Israel harus melanjutkan operasi di Gaza hingga Hamas menyerah total.
Menurut perhitungan Israel, serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 merenggut sekitar 1.200 nyawa, dengan lebih dari 250 orang lainnya disandera.
Sejak itu, lebih dari 46.000 orang tewas di Gaza, menurut pejabat kesehatan Palestina. Sebagian besar wilayah tersebut hancur, dan sebagian besar penduduknya telah mengungsi.
Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah memediasi kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan dipekirakan akan dapat segera tercapai, kata para pejabat.
Beberapa keluarga sandera menentang kesepakatan itu karena khawatir hanya sebagian dari 98 sandera yang tersisa yang akan dibebaskan, sementara yang lainnya akan ditinggal.
Sementara survei berturut-turut menunjukkan adanya dukungan luas di kalangan masyarakat Israel untuk kesepakatan semacam itu. [ah/es]
Forum