Tautan-tautan Akses

Menteri Sayap Kanan Israel Bersumpah Menentang Kesepakatan Gaza


FILE: Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich berbicara dalam konferensi pers di Kementerian Keuangan Israel di Yerusalem, 8 Januari 2023. (Ronen Zvulun/REUTERS)
FILE: Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich berbicara dalam konferensi pers di Kementerian Keuangan Israel di Yerusalem, 8 Januari 2023. (Ronen Zvulun/REUTERS)

Serangkaian negosiasi yang berlangsung tahun lalu, berulang kali gagal mencapai kesepakatan. Salah satu kendala utama dalam perundingan adalah perbedaan pandangan mengenai gencatan senjata permanen di Gaza, serta skala bantuan kemanusiaan bagi wilayah Palestina itu.

Menteri Keuangan Israel yang berhaluan sayap kanan, Bezalel Smotrich, Senin (13/1) menegaskan akan menentang kesepakatan apa pun untuk mengakhiri perang di Gaza, meski para pejabat tinggi melaporkan kemajuan dalam upaya mencapai kesepakatan.

Sejak awal Januari, negosiasi tidak langsung, yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, kembali digelar di Doha guna merumuskan kesepakatan gencatan senjata yang juga bertujuan memfasilitasi pembebasan puluhan sandera yang masih ditahan di Gaza.

“Rencana kesepakatan yang diajukan ini adalah bencana bagi keamanan nasional Israel,” kata Smotrich lewat X. “Kami tidak akan ikut dalam kesepakatan yang menyerah begitu saja, yang melibatkan pembebasan teroris berbahaya, menghentikan perang, menyia-nyiakan pencapaian besar yang telah dibayar dengan darah, dan meninggalkan banyak sandera yang masih tertawan.”

“Sekarang saatnya meningkatkan upaya kita dengan seluruh kekuatan, untuk mengamankan dan membersihkan Gaza secara total,” lanjutnya.

“Kita harus menguasai penuh bantuan kemanusiaan agar tidak disalahgunakan oleh Hamas, dan membuka “pintu neraka” di Gaza sampai Hamas benar-benar menyerah tanpa syarat dan semua sandera dipulangkan dengan selamat.”

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Gideon Saar menyatakan bahwa Israel “bekerja keras” untuk mencapai kesepakatan yang memungkinkan pembebasan para sandera.

Dalam konferensi pers bersama Menlu Denmark, Lars Lokke Rasmussen, di Yerusalem pada Senin, Saar mengatakan, “Ada kemajuan dalam negosiasi soal pembebasan sandera.”

“Israel benar-benar ingin membebaskan para sandera dan bekerja keras demi tercapainya kesepakatan.”

Smotrich, yang dikenal vokal dan merupakan anggota koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah berulang kali menentang penghentian perang di Gaza.

Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar (kanan), dan Menteri Luar Negeri Denmark, Lars Lokke Rasmussen, dalam konferensi pers di Yerusalem, Senin, 13 Januari 2025. (Ohad Zwigenberg/AP)
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar (kanan), dan Menteri Luar Negeri Denmark, Lars Lokke Rasmussen, dalam konferensi pers di Yerusalem, Senin, 13 Januari 2025. (Ohad Zwigenberg/AP)

Pernyataannya tersebut muncul di tengah meningkatnya desakan dari warga Israel, terutama keluarga sandera yang masih ditahan di Gaza, agar dicapai kesepakatan yang memungkinkan mereka dipulangkan.

“Kemajuan”

Ucapan Smotrich menegaskan perbedaan tajam dalam koalisi pemerintahan Netanyahu terkait kesepakatan tersebut. Namun, Netanyahu masih dapat menghimpun suara yang cukup untuk meloloskan kesepakatan di kabinet, meski tanpa dukungan Smotrich.

Pada Minggu (12/1), Netanyahu memberi penjelasan kepada Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengenai “kemajuan dalam negosiasi” di Doha.

“Perdana menteri membahas dengan Presiden Amerika Serikat perkembangan negosiasi untuk membebaskan para sandera dan memberitahukan mandat yang telah ia berikan kepada tim negosiasi di Doha, demi memajukan pembebasan sandera,” menurut pernyataan dari kantor Netanyahu.

Serangkaian negosiasi serupa yang berlangsung tahun lalu berulang kali gagal mencapai kesepakatan. Salah satu kendala utama dalam perundingan adalah perbedaan pandangan mengenai gencatan senjata permanen di Gaza, serta skala bantuan kemanusiaan bagi wilayah Palestina itu.

Hal lain yang menghambat kesepakatan mencakup kembalinya warga Gaza ke rumah mereka, penarikan pasukan Israel dari wilayah Palestina, dan pembukaan kembali perbatasan. Netanyahu secara tegas menolak penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan tetap keberatan terhadap upaya pemerintahan Palestina di wilayah tersebut.

Perang di Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.210 orang di pihak Israel, kebanyakan warga sipil, menurut perhitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

Pada hari itu pula, para militan menawan 251 orang, 94 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 34 orang yang menurut militer Israel telah meninggal.

Serangan balasan Israel di Gaza menewaskan 46.584 orang, mayoritas warga sipil, menurut data Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikelola Hamas—angka yang dinilai Perserikatan Bangsa-Bangsa bisa dipercaya. [th/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG