Tautan-tautan Akses

Bantu Irak, Afghanistan Hadapi Milisi Dukungan Iran, NATO Beri Pelatihan



Tentara dari Tentara Nasional Afghan berbaris dalam sebuah sesi latihan oleh tentara-tentara Italia dari misi Resolute Support Mission NATO di pusat latihan militer di luar Herat, 9 Februari 2017.
Tentara dari Tentara Nasional Afghan berbaris dalam sebuah sesi latihan oleh tentara-tentara Italia dari misi Resolute Support Mission NATO di pusat latihan militer di luar Herat, 9 Februari 2017.

Aliansi NATO telah sepakat untuk mengirim lebih banyak pasukan ke Irak dan Afghanistan untuk membantu pasukan keamanan negara-negara itu menghadapi milisi yang didukung Iran.

Dalam pertemuan dua hari di Brussels yang berakhir Kamis (12/7), para pemimpin NATO mengumumkan peluncuran latihan non-tempur dan misi pembangunan kapasitas di Irak. Hal ini melanjutkan operasi kecil di Irak yang dimulai tahun lalu dengan melatih petugas pertahanan dan keamanan nasional Irak, dan instruktur militer Irak.

Pemimpin-pemimpin NATO mengatakan misi latihan dua tahun bagi pasukan Afghanistan akan mendapat tambahan dukungan personel dari negara-negara anggota non-NATO, yaitu Qatar dan Uni Emirat Arab. Para pemimpin memuji dukungan itu dan mendorong negara-negara lain yang tertarik untuk melakukan hal serupa.

Surat kabar The Wall Street Journal mengutip pejabat tinggi NATO di Irak, Paul Smith, sebagai mengatakan bahwa misi latihan baru di Irak itu akan melibatkan 500 personel, dan kelompok pertama akan tiba dalam beberapa bulan mendatang.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan pemerintahnya akan menyumbang sekitar separuh pasukan baru itu.

Belum jelas berapa banyak personel Qatar dan Uni Emirat Arab yang akan bergabung dengan misi latihan NATO di Afghanistan “Resolute Support” itu. Personel-personel itu merupakan pasukan darat pertama dari kedua negara yang dikirim ke Afghanistan.

Pasukan Teluk Arab itu merupakan bagian dari perluasan misi NATO yang akan mencakup tambahan 440 personel non-tempur Inggris, penempatan yang diumumkan oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May dalam pertemuan di Brussels itu. [em/al]

XS
SM
MD
LG