Tautan-tautan Akses

Bagaimana Nasib ‘Obamacare’ di Bawah Presiden Baru Amerika Serikat?


FILE- Suasana di sebuah agen asuransi Maria Collado (tengah kanan), di sebuah pusat perbelanjaan di Miami, Selasa, 5 Desember 2023. (Foto AP/Rebecca Blackwell)
FILE- Suasana di sebuah agen asuransi Maria Collado (tengah kanan), di sebuah pusat perbelanjaan di Miami, Selasa, 5 Desember 2023. (Foto AP/Rebecca Blackwell)

Affordable Care Act (ACA), yang juga dikenal sebagai “Obamacare,” telah meningkatkan akses perawatan kesehatan bagi jutaan orang AS. Bagaimana nasibnya di bawah presiden baru? Tim kampanye Harris dan Trump tidak merinci visi mereka untuk ACA, tetapi para pemilih mengamatinya dengan saksama.

Ahli kacamata Taja Dove adalah satu dari sekitar 25 juta orang AS yang tidak memiliki asuransi Kesehatan (askes). Dia sedang mempelajari opsi cakupan askes dan tak ingin mengalami lagi situasi tanpa askes.

“Saya mungkin sakit, tetapi saya akan mengatakan, ‘Ah, ini bukan sesuatu yang serius. Ini flu. Jadi, saya mungkin mencoba menundanya karena saya tahu saya tidak memiliki askes untuk membayar biayanya jika harus ke rumah sakit,” jelas Taja Dove.

ACA, undang-undang askes murah, disahkan pada 2010 di bawah pemerintahan Obama. Undang-undang yang mereformasi askes ini, menurut organisasi kebijakan kesehatan KFF, dianggap membantu memangkas hampir setengah jumlah orang AS yang tidak lanjut usia dan tidak memiliki askes.

Cynthia Cox, wakil presiden dan direktur program KFF pada ACA. Melalui Skype, mengatakan bahwa ACA, “Menciptakan beberapa pasar baru askes yang sebelumnya tidak ada. Dengan begitu, orang bisa membelinya dan mendapat subsidi federal sehingga askes tersebut lebih terjangkau.”

Sampai Maret lalu, 21 juta orang Amerika Serikat memiliki askes melalui pasar ACA.

Partai Republik telah bertahun-tahun mencoba mencabut undang-undang tersebut. Mantan penasihat Trump dan Presiden Paragon Health Institute, Brian Blasé, mengungkapkan keberatannya akan ACA ketika diwawancarai melalui Skype.

"ACA membatasi pilihan, meningkatkan konsolidasi perawatan kesehatan, yaitu rumah sakit membeli praktik dokter, penyedia layanan kesehatan bergabung. Dan semua itu menaikkan harga dan pengeluaran. Toh kesehatan orang-orang AS tidak membaik secara signifikan,” ungkapnya.

Pendukung ACA tidak setuju.

Topik tersebut kini menjadi pusat kampanye presiden dari Partai Demokrat, pasangan Kamala Harris dan Tim Walz. Dalam salah satu kampanyenya, Harris menuding Trump, “Ia hendak mengakhiri ACA, akan membawa kita kembali ke masa ketika perusahaan-perusahaan askes memiliki kewenangan untuk menolak askes bagi orang-orang yang mengidap penyakit.”

Bagaimana Nasib ‘Obamacare’ Di Bawah Presiden Baru AS?
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:23 0:00

Semasa memerintah, Trump mencoba dan gagal mencabut ACA. Dalam kampanye sekarang, ia mengambil pendekatan berbeda. "Saya akan mempertahankan ACA. Obamacare ini menyebalkan. Tidak bagus. Jika kita dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, kita akan mengubahnya. Jika kita dapat melakukan yang lebih baik, artinya layanan kesehatan yang lebih murah dan lebih baik untuk kalian,” sebutnya.

Tim kampanye Harris dan Trump tidak menanggapi permintaan VOA mengenai detail rencana kedua capres meningkatkan atau memperkuat ACA. Mantan penasihat Trump, Brian Blasé, mendukung reformasi, daripada mencabut, ACA. “Mengalihkan sebagian subsidi dari perusahaan asuransi ke individu,” jelasnya.

Bagi Carl Hughes, yang mendaftar ACA, persoalan askes bersifat pribadi. Ia mendesak kedua capres agar mempertimbangkan yang terbaik bagi pasien sewaktu mempelajari perubahan. “Bahwa perubahan akan dilakukan untuk meningkatkannya, bukan menghalanginya,” tandasnya.

Selain hak aborsi dan imigrasi, Hughes, seorang independen, mengatakan, ia akan memrioritaskan topik layanan kesehatan ketika memberikan suara dalam pemilu November nanti. [ka/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG