Sebagai kawasan sibuk perdagangan, pusat perjalanan dan pekerja migran, Asia Timur beresiko dilanda wabah virus Ebola, tetapi tampaknya lebih siaga dari kawasan-kawasan dunia lain untuk meresponnya, menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) hari Jumat (10/10).
Shin Young-soo, direktur WHO untuk kawasan Pasifik Barat, mengatakan Asia Timur sering menjadi kawasan berbahaya untuk penyakit-penyakit tergolong baru termasuk SARS dan flu burung, sehingga lebih siap merespon karena memahami pentingnya edukasi publik, pemantauan yang kokoh dan transparansi.
Wabah SARS, atau sindrom pernafasan akut, muncul di China selatan tahun 2002 dan menjangkiti sekitar 8.000 orang dan menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia.
WHO mengatakan wabah Ebola saat ini telah menewaskan lebih dari empat ribu orang – sebagian besar di Guinea, Liberia dan Sierra Leone.
Shin mengatakan negara-negara anggota WHO mulai mengembangkan infrastruktur yang kuat untuk menghadapi Ebola dan memiliki pusat operasi darurat yang terhubung dengan kantor regional WHO di Manila, Filipina dan kantor pusatnya di Jenewa.
Menteri Kesehatan Filipina Enrique Ona mengatakan negaranya sedang mempertimbangkan permintaan Inggris dan Amerika untuk mengirim petugas medis ke negara-negara Afrika Barat yang dilanda Ebola, dimana ada kelangkaan pekerja medis. Ia mengatakan keputusan akan diambil dalam seminggu.
Filipina saat ini memiliki sekitar 8.000 pekerja migran di negara-negara itu dan 115 penjaga perdamaian di Liberia.