Amerika Serikat meningkatkan kecamannya terhadap cara Iran menangani wabah virus korona, dan menuding pihak berwenang dengan sengaja menutup-nutupi skala penyebarannya. Menyusul kekhawatiran akan wabah itu, Iran mengambil langkah yang tidak biasanya dengan membatasi penyelenggaran salat-salat Jumat.
Dalam wawancara dengan VOA di Departemen Luar Negeri AS, Utusan Khusus AS untuk Iran, Brian Hook, Rabu (26/2), menuding Iran berbohong dan merahasiakan informasi penting terkait wabah virus yang disebut COVID-19 itu.
Sebelumnya pemerintah Iran mengatakan, jumlah korban tewas yang telah dikukuhkan akibat virus itu meningkat menjadi 19, Rabu (25/2) dari 15 pada hari sebelumnya, sementara jumlah kasus yang dikukuhkan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 139 dari 61, Selasa (24/2). Iran tercatat sebagai negara dengan jumlah korban tewas terbesar akibat virus korona setelah China, di mana wabah itu pertama kali menyebar Desember lalu.
Hook menuding, jumlah korban tewas dan jumlah kasus virus korona yang sesungguhnya jauh lebih besar. Pernyataan Hook ini mencerminkan retorika yang mengeras dari pemerintahan Trump.
Menlu AS Mike Pompeo, sehari sebelumnya, dalam konferensi pers mengatakan, “AS sangat prihatin dengan informasi yang mengindikasikan bahwa rezim yang berkuasa di Iran kemungkinan telah menutup-nutupi informasi penting terkait wabah virus korona di negara itu.
Para pejabat Iran membantah tudingan itu. Presiden Iran Hassan Rouhani dalam sebuah pernyataannya di televisi menuding AS berusaha menyebar ketakutan di kalangan rakyat Iran. [ab/uh]