Amerika Serikat memberi Irak perpanjangan 60 hari untuk memungkinkannya mengimpor gas Iran. Kata seorang pejabat Irak kepada kantor berita AFP, Rabu (23/9), gas itu dibutuhkan bagi jaringan listrik Irak yang lumpuh.
Irak mengandalkan impor gas dan listrik dari tetangganya, Iran, untuk memasok sekitar sepertiga sektor listriknya, yang rusak akibat konflik bertahun-tahun dan perawatan yang buruk.
Amerika memasukkan industri energi Iran ke dalam daftar hitam pada akhir 2018, tetapi sejak itu memberi sekutunya, Irak, rangkaian keringanan sementara untuk mencegah pemadaman listrik di seluruh Irak.
Mei lalu Amerika memberi Irak perpanjangan empat bulan sebagai isyarat baik kepada Mustafa al-Kadhemi, yang baru saja membentuk kabinet. Amerika menilai kabinet itu lebih bersahabat Amerika daripada kabinet pendahulunya.
Amerika menekan Irak untuk menggunakan masa perpanjangan itu agar bebas dari energi Iran, sebaliknya bermitra dengan perusahaan-perusahaan Amerika. Amerika frustrasi oleh lambatnya kemajuan di bawah perdana menteri sebelumnya, Adel Abdel Mahdi.
Ketika ke Amerika Agustus lalu, Kadhemi mencapai kesepakatan dengan berbagai perusahaan Amerika untuk pembangunan energi Irak, termasuk Chevron, Baker Hughes, Exxon, dan General Electric.
Sebagai yang terbesar kedua dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/ OPEC), Irak bergantung pada ekspor minyak mentah untuk mendanai lebih dari 90 persen anggaran negara. Namun, jatuhnya harga minyak tahun ini secara serius merusak posisi fiskal pemerintah.
Yang ikut memperlemah, virus corona telah menyebar ke seluruh negara itu. Kementerian Kesehatan Irak mengumumkan lebih dari 330 ribu kasus dikonfirmasi dan 8.700 kematian. [ka/p]