AS meminta pemberontak Houthi Yaman untuk menghindari ofensif militer baru di dalam wilayah Yaman, dan agar menghentikan serangan-serangan yang mempengaruhi daerah-daerah sipil di Arab Saudi.
Dalam suatu pernyataan pada Minggu (7/2) malam, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan AS “sangat terganggu oleh berlanjutnya serangan-serangan Houthi.”
“Kami mendesak Houthi agar menahan diri dari tindakan-tindakan destabilisasi dan menunjukkan komitmen mereka terhadap dialog konstruktif dalam upaya-upaya Utusan Khusus PBB Griffiths untuk mencapai perdamaian,” kata Price. “Sekaranglah waktunya untuk mengupayakan akhir konflik ini.”
Utusan PBB Martin Griffiths memulai pembicaraan dua hari di Iran pada hari Minggu sementara ia mendorong penyelesaian politik melalui negosiasi bagi konflik di Yaman. Konflik itu dimulai pada akhir 2014 sewaktu Houthi merebut ibu kota Yaman. Arab Saudi melancarkan kampanye militer untuk membela pemerintah Yaman yang diakui internasional pada awal 2015.
Seruan AS agar Houthi menghentikan serangan-serangan tersebut muncul beberapa hari setelah pemerintahan presiden Joe Biden memerintahkan diakhirinya dukungan AS bagi koalisi pimpinan Saudi, yang dikecam oleh berbagai organisasi HAM karena serangan-serangan udara yang menghantam daerah-daerah sipil di Yaman.
Presiden Biden menyebut konflik Yaman sebagai “bencana kemanusiaan dan strategis.”
Ia juga memberitahu Kongres pekan lalu bahwa pemerintahannya akan mengeluarkan Houthi dari daftar organisasi teror asing, membatalkan penetapan yang dilakukan pada hari-hari terakhir pemerintahan mantan presiden Donald Trump.
Berbagai organisasi kemanusiaan telah memperingatkan bahwa penetapan semacam itu akan merusak upaya-upaya untuk menyampaikan bantuan yang sangat diperlukan ke Yaman. PBB menyebut situasi di sana sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. [uh/ab]