Juru bicara Pentagon, Laksamana Muda John Kirby mengatakan pesawat tanpa awak yang dikemudikan dari jarak jauh menghantam militan ISIS dekat Irbil hari Jumat (8/8). Ia mengatakan jet-jet tempur kemudian menjatuhkan delapan bom pada mobil-mobil dan pangkalan mortir di daerah itu.
Ia mengatakan Amerika melancarkan serangan itu untuk membantu mempertahankan Irbil di mana terdapat personil Amerika yang membantu pemerintah Irak.
Sebelumnya hari Jumat, Amerika menjatuhkan bom-bom seberat 250 kilogram yang diarahkan oleh laser atas sebuah unit artileri yang menembaki pasukan Kurdi yang mempertahankan Irbil.
Seorang pejabat senior AS mengatakan serangan itu terjadi ketika ekstremis ISIS mulai maju dan mulai mengancam pinggiran kota itu.
Tanpa mau disebut namanya, pejabat itu mengatakan prinsip yang sama berlaku untuk setiap ancaman bagi personil dan fasilitas Amerika di manapun di Irak, termasuk kedutaan Amerika di Bagdad.
Presiden Amerika Barack Obama hari Jumat memerintahkan pesawat-pesawat militer Amerika untuk melancarkan “serangan-serangan udara terarah” terhadap ISIS serta mengirim makanan kepada pengungsi yang terlantar.
Presiden Amerika Barack Obama hari Jumat memerintahkan pesawat-pesawat militer Amerika untuk melancarkan “serangan-serangan udara terarah” terhadap ISIS serta mengirim makanan kepada pengungsi yang terlantar.
Berbicara dari New Delhi, Menteri Pertahanan Chuck Hagel mengatakan Amerika akan terus mendukung pemerintah Irak dan pasukan keamanan Irak melawan ISIS,
Hagel mengatakan kepada wartawan ‘ISIS adalah ancaman besar bagi keamanan Irak.”
Hagel mengatakan dari 72 paket darurat yang berisi makanan dan air untuk ribuan pengungsi yang umumnya Kristen; 60 paket sampai dengan selamat. Warga Kristen yang melarikan diri dari rumah mereka sebelum pejuang ISIS tiba, telah mengungsi ke lereng-lereng pegunungan Sinjar.
Serangan udara yang dilancarkan amerika itu terjadi sekitar 200 kilometer di sebelah timur tempat pendropan bantuan pangan.
Badan Penerbangan Federal Amerika hari Jumat mengeluarkan peringatakan yang melarang penerbangan komersil Amerika lewat di wilayah udara Irak karena “situasi berbahaya” yang disebabkan konflik militan Islamis dengan pasukan keamanan Irak. Larangan itu dikeluarkan tiga minggu setelah pesawat Malaysia Airlines ditembak jatuh di atas wilayah konflik di Ukraina timur. Seluruh penumpang dan awaknya tewas.