Genosida di Rwanda yang terjadi 20 tahun lalu meninggalkan anak-anak yatim yang kini berjuang keras untuk hidup karena kurangnya kesempatan, penyakit mematikan, kesepian dan ketidakpercayaan, yang sekarang mengancam generasi baru.
Anak-anak Yatim Piatu Genosida Rwanda

1
Ratusan anak yatim piatu akibat genosida Rwanda pada 1994 masih hidup sulit di daerah kumuh Giporoso di Kigali, Rwanda, November 2013. Banyak yang menjadi pengedar narkoba atau pekerja seks untuk bertahan hidup. (VOA/Hamada Elrasam)

2
Para anak yatim piatu akibat genosida Rwanda, Vansing (kedua dari kiri) dan kawan-kawannya mencopet, berjudi dan berkelahi untuk bertahan hidup, di daerah kumuh Giporoso, Kigali, Rwanda. (VOA/Hamada Elrasam)

3
Negenzi Ali (kiri), berusia 23, membuat tato slogan terkait genosida Rwanda "never again (jangan pernah lagi)" di tangan Tomy. Ali mengatakan "Saya tidak peduli HIV menyebar melalui jarum saya. Giporoso membunuh generasi kita secara perlahan." (VOA/Hamada Elrasam)

4
Kuitonda David, 24, bermain bilyar di tempat kerjanya di Gibiloso, Kigali, Rwanda. (VOA/Hamada Elrasam)