Tautan-tautan Akses

Amnesty: Suriah Lakukan Eksekusi Massal di Penjara Militer


Lynn Maalouf, deputi direktur riset di Amnesty International Timur Tengah dan Afrika Utara, dalam wawancara dengan The Associated Press di Beirut, Lebanon (6/2). (AP/Bilal Hussein)
Lynn Maalouf, deputi direktur riset di Amnesty International Timur Tengah dan Afrika Utara, dalam wawancara dengan The Associated Press di Beirut, Lebanon (6/2). (AP/Bilal Hussein)

Organisasi HAM itu mengatakan tidak ada alasan untuk percaya eksekusi itu telah dihentikan.

Mereka tidak tahu akan digantung sampai tali gantungan dililit pada leher mereka. Ketika mereka digiring secara berkelompok sampai 50 orang, mereka diberitahu akan dipindahkan ke penjara lainnya. Beberapa yang berada di “ruang eksekusi” masih menyimpan harapan mereka akan dibebaskan dan diselamatkan dari penyiksaan keji, kekerasan seksual, kelaparan dan penghinaan.

Menurut Amnesty Internasional, dari minggu ke minggu rutinitas eksekusi keji dilakukan di penjara itu yang terletak 30 kilometer dari ibukota Damaskus dan sejak awal menjadi tempat pergolakan menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Organisasi hak asasi manusia itu hari Selasa (7/2) menerbitkan laporan yang berisi rincian mengerikan pembunuhan tanpa pengadilan di penjara Saydnaya di Suriah.

Amnesty memperkirakan sejak September 2011 sampai Desember 2015 antara 5.000 sampai 13.000 orang telah dieksekusi di Saydnaya. Jumlahnya mungkin lebih banyak, sebagaimana diperingatkan para peneliti yang menyusun laporan berjudul “Pembantaian Manusia: Penggantungan Massal dan Pemusnahan di Penjara Saydnaya”. Organisasi HAM itu mengatakan tidak ada alasan untuk percaya eksekusi itu telah dihentikan.

Laporan setebal 48 halaman yang diselesaikan dalam waktu satu tahun itu didasarkan pada wawancara langsung dengan 84 saksi termasuk bekas penjaga dan pejabat penjara Saydnaya, hakim dan pengacara serta pakar nasional dan internasional yang ditahan di Suriah.

Laporan ini merupakan studi kedua yang diterbitkan Amnesty mengenai penjara itu. Bulan Agustus 2016 Amnesty bekerjasama dengan Goldsmiths, University of London, merakit bersama model digital interaktif penjara itu sebagai bagian dari studi lebih luas mengenai pembunuhan tanpa pengadilan oleh pemerintah Suriah. Seorang penjaga mengatakan kepada peneliti Amnesty, “Saydnaya adakah akhir dari kehidupan, akhir dari kemanusiaan”.

Organisasi HAM itu meminta pemerintah Suriah untuk menanggapi tuduhan yang dimuat dalam laporan itu tapi tidak mendapat tanggapan. VOA juga mengirim email kepada Kementerian Luar Negeri Suriah dan tidak direspon.

Amnesty mengatakan laporan itu mengungkap eksekusi di luar pengadilan secara massal dengan menggantung. Para tahanan termasuk para dokter, aktivis, insinyur dan pekerja kemanusiaan. [my/al]

XS
SM
MD
LG