Selagi Amerika dan negara-negara Uni Eropa membahas pembatasan ekspor minyak Iran, negara-negara lain juga didekati untuk membatasi hubungan bisnis dengan negara itu.
Badan Tenaga Atom Internasional PBB/IAEA bulan lalu mengeluarkan sebuah laporan yang menekankan lebih banyak bukti bahwa Iran sedang merancang senjata nuklir. Iran mengatakan aktivitas nuklirnya hanya untuk menghasilkan listrik.
Sejak laporan itu dikeluarkan negara-negara barat telah mengambil serangkaian tindakan untuk mengisolasi Iran lebih jauh. Sebagai bagian dari langkah-langkah diplomatik itu, penasihat Departemen Luar Negeri Amerika untuk urusan non proliferasi dan pengawasan senjata, Robert Einhorn berada di Korea Selatan minggu ini.
Einhorn mengatakan memahami Korea Selatan yang hanya mempunyai sumber bahan bakar fosil terbatas mungkin keberatan untuk mengurangi secara drastis pembelian minyak mentah dari Iran, tapi katanya Korea Selatan dan sekutu-sekutu lain yang mempunyai masalah serupa bisa beralih pada pemasok minyak yang lain.
"Saya kira pemerintah Korea Selatan mengetahui pentingnya langkah ini untuk mengirim pesan jelas dan kompak kepada Iran. Kami mendapat reaksi yang positif dari pemerintah Korea Selatan yang terus mempertimbangkan langkah-langkah tambahan yang akan diambil." ujar Einhorn.
Sekitar 10 persen dari total impor minyak Korea Selatan berasal dari Iran. Jumlah tersebut merupakan separuh dari jumlah perdagangan antara kedua negara.
Namun, Korea Selatan juga mempertimbangkan hubungan erat dalam teknologi persenjataan mutakhir, termasuk kerjasama nuklir antara Iran dan negara Korea Utara.
Amerika punya lebih dari 28 ribu personil militer di Korea Selatan. Tentara Amerika telah ditempatkan disana sejak Perang Korea pada awal tahun 1950’an. Kedua Korea secara teknis masih tetap dalam keadaan perang karena tidak ada penandatanganan perjanjian damai.