Militer Amerika Serikat mengumumkan pada Sabtu (1/3) bahwa hampir 3.000 tentara tambahan akan dikerahkan ke wilayah perbatasan dengan Meksiko, meningkatkan jumlah total personel tugas aktif di wilayah tersebut menjadi sekitar 9.000 orang.
Keamanan perbatasan menjadi prioritas utama bagi Presiden Donald Trump, yang pada hari pertamanya menjabat langsung mengumumkan keadaan darurat nasional di perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko.
"Sekitar 2.400 tentara dari unsur-unsur Tim Tempur Brigade Stryker ke-2 (SBCT), Divisi Infanteri ke-4" akan dikirim ke perbatasan, bersama dengan "sekitar 500 tentara dari Brigade Penerbangan Tempur ke-3," ujar Komando Utara Amerika Serikat (NORTHCOM) dalam sebuah pernyataan.
Unit Stryker "tidak akan melakukan atau terlibat dalam operasi interdiksi atau deportasi," kata pernyataan itu. Namun, unit itu akan berperan di antaranya dalam mendeteksi dan memantau, melakukan tugas administratif, transportasi, serta dukungan teknik.
Sementara itu, pasukan dari unit penerbangan akan "membantu dalam pemindahan personel, peralatan, dan perbekalan; serta menyediakan kemampuan evakuasi medis udara," kata NORTHCOM.
"Penempatan ini akan memberikan kelincahan dan kemampuan tambahan untuk upaya lebih lanjut guna menghentikan aliran migran ilegal dan narkoba di perbatasan selatan," ujar Komandan NORTHCOM, Jenderal Gregory Guillot.
‘Invasi’ Berakhir
Pemerintahan Trump telah menerapkan sejumlah langkah besar untuk menekan migrasi ilegal, termasuk melalui penggerebekan, penangkapan, dan deportasi imigran.
Pada Sabtu (1/3), Trump memuji upaya keamanan perbatasan yang dilakukan pemerintahannya. Melalui unggahan di platform Truth Social miliknya, ia menulis, "Invasi Negara Kita Telah BERAKHIR."
“Berkat Kebijakan Pemerintahan Trump, Perbatasan DITUTUP untuk semua Imigran Ilegal. Siapa pun yang mencoba memasuki Amerika secara ilegal akan menghadapi hukuman pidana yang berat dan deportasi segera,” tulis Trump.
Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengunjungi perbatasan selatan pada awal bulan lalu dan menegaskan, "Kita akan menguasai perbatasan ini."
Ia memperingatkan kartel narkoba bahwa "semua opsi tersedia" setelah Trump menandatangani instruksi presiden (inpres) pada Januari, yang menyatakan bahwa kartel tersebut "merupakan ancaman keamanan nasional yang lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh kejahatan terorganisir tradisional."
Hegseth menegaskan bahwa "aset apa pun yang diperlukan" dari Departemen Pertahanan akan dikerahkan untuk mendukung "pengusiran dan penahanan orang-orang yang berada di negara kita secara ilegal," termasuk penggunaan pangkalan Amerika di Teluk Guantanamo, Kuba. [ah/ft]
Forum