Dalam sebuah penerbangan langsung dari Hong Kong ke Chicago pekan lalu, terdapat 20 pasangan Amerika yang membawa bayi Cina yang baru mereka adopsi. Dengan adanya puluhan penerbangan dari Cina ke Amerika setiap pekan, mudah dimengerti mengapa Cina menjadi sumber sejumlah besar bayi adopsi bagi orang Amerika.
Tampaknya, di mana ada bayi yang dapat diadopsi, orang Amerika akan datang ke sana. Pada tahun 2002, sekitar 35 ribu bayi dan anak anak meninggalkan panti asuhan di Asia, Amerika Tengah dan Eropa Timur, diambil oleh orang tua angkat mereka dari Amerika dan Eropa Barat. Ini berarti peningkatan 350 persen dari tahun 1978.
Adopsi internasional membahagiakan banyak orang. Pasangan yang sangat merindukan punya anak, mengeluarkan banyak waktu, uang dan tenaga, pergi ke luar negeri untuk mengadopsi anak anak yang sangat memerlukan orang tua. Mengapa orang Amerika begitu bersemangat mengadopsi anak dari negara lain? Pertama, banyak pasangan di Amerika sendiri yang menunggu lama sebelum punya anak. Kedua, angka kelahiran di Amerika turun, dan anak yang tersedia untuk diadopsi di Amerika sendiri, hanya memenuhi dua pertuga permintaan.
Ketiga, orang Amerika semakin terbuka pada gagasan keluarga multibudaya. Keempat, undang undang Amerika kadang kadang memungkinkan orang tua biologis minta kembali anaknya, atau minta berperan dalam hidup si anak. Ini tidak berlaku bagi orang tua biologis dari negara lain. Alasan kelima lebih kompleks. Globalisasi telah menciptakan yang disebut majalah Foreign Affairs ‘Pasar Global’. Dalam pasar bayi juga berlaku hukum persediaan dan permintaan.
Semua indikasi menunjukkan, permintaan akan bayi untuk diadopsi, akan terus meningkat. Proses ini melibatkan uang, dan dapat membuat terjadinya korupsi. Masyarakat internasional telah membentuk beberapa forum untuk mengatur perdagangan bayi. Yang terpenting adalah Konvensi Den Haag. Pada tahun 1993, Konvensi Den Haag menghasilkan sebuah perjanjian yang ditandatangani 54 negara.
Konvensi itu menetapkan, adopsi harus dilakukan demi kepentingan terbaik si bayi, dan penculikan serta perdagangan anak anak harus dicegah. Cina telah menandatangani perjanjian itu, dan proses adopsi di Cina dikenal sangat tertib, dan diatur oleh pemerintah.
Pada tahun 2002, orang Amerika mengadopsi 21 ribu bayi, naik tajam dari 5000 bayi pada tahun 1978. Lebih dari 6000 bayi yang diadopsi berasal dari Cina, 96 persen di antaranya perempuan. Hampir 5000 bayi dari Rusia, 52 persen di antaranya perempuan. Dari angka angka itu dapat disimpulkan, sebelum tahun 1989, Cina dan Rusia hanya mengizinkan sedikit anak diadopsi oleh warga Amerika, yang selama perang dingin adalah musuh kedua negara itu.
Bahkan pada tahun 1993, kedua negara hanya mengizinkan sekitar seribu anak diadopsi orang Amerika. Sepuluh tahun kemudian, angka itu melejit sepuluh kali lipat. Anggaplah ini sebagai petunjuk bahwa perang dingin sudah benar benar usai. Negara lain yang menjadi sumber anak adopsi bagi Amerika pada tahun 2002 adalah Guatemala: 2400 orang anak, Korea Selatan: 1700 orang anak, dan Ukraina, 1100 anak.
Mengapa orang tua rela anaknya diadopsi? Sebagian dari mereka berpendapat, untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi si anak. Pada seorang anak perempuan yang diadopsi dari Cina, didapati catatan yang berbunyi: “Di wilayah kami, lelaki dianggap lebih penting daripada perempuan. Saya tidak memiliki kekuatan untuk mengubah pandangan itu”.
Kisah kisah yang mengharukan dimuat harian harian dan ditayangkan televisi Amerika mengenai orang tua yang bahagia, bersama anak anak yang mereka adopsi dari berbagai negara di dunia. Tentu saja, ini hanya sebagian kecil saja dari seluruh anak yang menderita di dunia. Menurut perkiraan, ada 9,5 juta orang anak yang tinggal di panti panti asuhan, di negara negara miskin. Adopsi internasional adalah usaha yang rumit, bagi orang tua pengadopsi maupun anak yang diadopsi. Tetapi setelah semua terlaksana dengan baik, imbalannya imbang dengan semua jerih payah yang ditempuh
Adaptasi oleh Djoko Santoso