Militer Amerika mengatakan telah membuka kembali pelabuhan laut yang rusak parah di ibukota Haiti, Port-au-Prince, guna meningkatkan arus bantuan bagi para korban gempa.
Panglima Komando Militer Selatan Amerika, Jenderal Douglas Fraser, membuat pengumuman itu hari Kamis. Menurutnya, pelabuhan itu harus dapat menangani penyaluran sekitar 150 peti kemas berisi bahan darurat setiap hari. Ia mengatakan kapasitas itu akan bertambah menjadi sedikitnya 250 peti kemas setiap hari pada hari Jumat, sewaktu sebuah kapal komersial merapat.
Dalam pernyataannya, Komando Militer Selatan Amerika yang dikenal sebagai Southcom itu mengatakan bahwa anggota gugus tugas gabungan penyelam angkatan darat dan angkatan laut Amerika telah bekerja 24 jam terus menerus untuk mengevaluasi fasilitas pelabuhan dan dermaga di ibukota itu.
Puing-puing di sekitar pelabuhan, jalan rusak dan kemacetan di bandara utama yang rusak di ibukota telah mempersulit pengiriman bantuan kepada korban gempa.
Jenderal Fraser juga mengatakan tiga bandara baru telah dibuka di Haiti dan di negara tetangga Republik Dominika untuk pengiriman bahan bantuan. Menurutnya, salah satu bandara berada di kota Jacmel, Haiti selatan, sementara dua lainnya berada di Republik Dominika. Namun, ujarnya, perjalanan darat dari lokasi-lokasi bencana tetap sulit.
Gempa berkekuatan 7,0 pada skala Richter mengakibatkan sekitar 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan para pejabat pemerintah Haiti mengatakan sekitar 400.000 penduduk terlantar akan dipindahkan ke desa-desa yang akan dibangun di luar Port-au-Prince.
Secara terpisah, para petugas bantuan di lapangan mengatakan kini sudah ada kemajuan dalam pembagian pangan dan air, tapi angka kematian bisa meningkat karena cedera dan penyakit yang tidak terobati.
Kelompok bantuan, Dokter Tanpa Tapal Batas, mengatakan para pasien meninggal karena sepsis atau infeksi dalam darah karena luka-luka yang tidak diobati, dan bahwa beberapa tempat pembedahan organisasi itu kini penuh oleh pasien yang sudah menunggu 10-12 hari.