Usaha untuk menolong orang yang selamat akibat gempa bumi Haiti menjadi kian tegang, sewaktu mereka yang selamat, berebutan untuk memperoleh bantuan dari pemerintah asing dan organisasi-organisasi kemanusiaan yang menyalurkan perbekalan.
Perselisihan diplomatik timbul Sabtu kemarin, sewaktu Prancis menuduh AS
memberlakukan pengawasan terlalu ketat berkenaan pesawat-pesawat mana yang
diiznkan mendarat di bandara Port-au-Prince. Saptu kemarin, para petugas bantuan
international bersusah-payah menyampaikan air, makanan dan suplai medis yang
diperlukan kepada rakyat Haiti.
Sejumlah warga mulai meninggalkan ibukota yang
hancur itu dengan berjalan kaki, sementara kota itu kabarnya dilanda kerusuhan
dan penjarahan. Organisasi-organisasi bantuan mengungkapkan, upaya mereka
terhalang oleh jalan-jalan yang diblokir dan sumber daya yang terbatas, termasuk suplai bahan bakar bagi
kendaraan-kendaraan mereka.
Para pejabat Haiti mengutarakan, 40,000 jenazah
telah dikuburkan di kuburan masal. Diperkirakan jumlah korban dapat mencapai
hingga 200,000 orang. Saptu kemarin, MenLu AS Hillary Clinton bertemu dengan Presiden Haiti, Rene
Preval, dalam sebuah tenda di bandar udara Port-au-Prince.
Clinton
menyampaikan: "Kami berdoa bagi rakyat
Haiti dan bagi para petugas penyelamat yang gagah berani, yang bekerja di
lapangan seharian dan semalaman penuh."
Clinton mengatakan pertemuannya dengan Preval memusatkan pada upaya meringankan penderitaan yang dialami penduduk.