Sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam akan mencabut perjanjian yang memungkinkan pasukan AS mengunjungi negaranya.
China mengatakan hari Sabtu (17/12) pihaknya akan menyerahkan drone bawah air Amerika yang disitanya di perairan internasional Laut China Selatan, tetapi mengatakan China tidak bersalah dan menuduh Washington membesar-besarkan penyitaan itu dengan cara yang tidak wajar dan tidak membantu.
Pentagon menggunakan saluran diplomatik untuk pengembalian segera drone bawah laut yang tidak berawak itu dan meminta agar China jangan mengulangi lagi insiden seperti ini.
Millennium Challenge Corporation, badan bantuan pemerintah AS, sedang menunggu pemungutan suara mengenai perpanjangan bantuan untuk Filipina “yang dapat ditinjau kembali terkait keprihatian mengenai kekuasaan hukum dan kebebasan sipil.”
Kapal perang China menyita sebuah drone bawah air yang digunakan oleh kapal Amerika untuk mengukur tingkat keasinan air laut, suhu dan kejernihan air, kata seorang pejabat Amerika.
Sekitar 20 persen fasilitas penyulingan ExxonMobil berlokasi di Asia Pasifik, di antaranya di Australia, China, Singapura dan Thailand, sebut Laporan Operasi dan Keuangan 2015 perusahaan itu.
Militer China sedang membangun sistem pertahanan anti-rudal dan anti-pesawat terbang di pulau-pulau buatan yang dibangunnya di Laut China Selatan.
Pada masa lalu, menurut Tim Johnston, direktur program Asia di International Crisis Group, para pemimpin ASEAN umumnya menjauhkan diri dari masalah itu dengan tidak memasukannya dalam agenda pembicaraan.