Tautan-tautan Akses

Zelenskyy: Ukraina Tidak Ingin China Jadi Mediator 


Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy hadir dalam konferensi pers di Kyiv, pada 15 Juli 2024. (Foto: AP/Efrem Lukatsky)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy hadir dalam konferensi pers di Kyiv, pada 15 Juli 2024. (Foto: AP/Efrem Lukatsky)

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pada Rabu (31/7) bahwa Kyiv tidak ingin China bertindak sebagai mediator dalam konflik mereka dengan Rusia, yang telah berlangsung selama 29 bulan. Tetapi Ukraina berharap, Beijing akan memberikan tekanan yang lebih besar kepada Moskow untuk mengakhiri perang.

Zelenskyy, yang berbicara kepada media Prancis, juga mengatakan bahwa meskipun Ukraina bersikeras untuk memulihkan perbatasannya seperti era pasca-Sovietnya pada 1991, Ukraina akan mempertimbangkan untuk membuka perundingan dengan Rusia, sebelum semua pasukan Moskow ditarik, jika kondisinya tepat.

“Jika China menginginkannya, mereka dapat memaksa Rusia untuk menghentikan perang ini. Saya tidak ingin (China) bertindak sebagai mediator. Saya ingin mereka memberikan tekanan kepada Rusia untuk mengakhiri perang ini,” kata Zelenskiy kepada wartawan.

“Sama seperti Amerika Serikat yang memberikan tekanan, sama seperti Uni Eropa yang memberikan tekanan. Semakin besar pengaruh suatu negara, semakin besar pula tekanannya terhadap Rusia,” ujarnya.

China, yang memiliki kemitraan “tanpa batas” dengan Rusia, telah mengajukan rencana perdamaiannya sendiri untuk mengakhiri perang berdasarkan non-eskalasi, negosiasi langsung, dan bantuan kemanusiaan.

China tidak ikut serta dalam pertemuan puncak perdamaian pertama tentang Ukraina yang diadakan bulan lalu di Swiss, tetapi telah meningkatkan upaya diplomatik dan menjamu Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, pekan lalu.

Zelenskyy mengulangi pernyataannya sebelumnya, bahwa Rusia, yang tidak ikut serta dalam pertemuan puncak perdamaian, harus menghadiri pertemuan berikutnya yang diharapkannya akan diadakan akhir tahun ini.

“Jika tidak, kami tidak akan memperoleh hasil yang layak,” katanya.

“Semua persyaratan kami harus terpenuhi. Namun, itu tidak berarti bahwa pada saat itu, kami bisa mendapatkan kembali perbatasan kami seperti tahun 1991,” tambah dia.

Perdamaian yang adil bagi Ukraina, ujar dia lagi, “melibatkan pemulihan integritas teritorial kami, tetapi itu tidak berarti bahwa ini harus dilakukan hanya melalui senjata.”

Pasukan Rusia saat ini menduduki kurang dari 20 persen wilayah Ukraina dan telah memperoleh kemajuan bertahap di bagian timur garis depan sepanjang 1.000 Km sejak merebut kota Avdiivka pada Februari.

Presiden Rusia, Vladimir Putin bulan lalu mengatakan, Moskow bersedia untuk berunding guna mengakhiri perang, tetapi pembicaraan bergantung pada kesediaan Ukraina untuk menyerahkan empat wilayah yang dianeksasi Rusia pada 2022.

Zelenskiy mengatakan, menyerahkan wilayah bukanlah suatu pilihan.

“Itu tidak mungkin. Itu bertentangan dengan konstitusi kita. Dan itu adalah masalah yang harus kita selesaikan sendiri,” ujarnya. [ns/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG