Tautan-tautan Akses

Satelit Kayu Pertama di Dunia, Buatan Jepang, Menuju Antariksa


FILE - Takao Doi, seorang astronaut dan profesor khusus di Universitas Kyoto, memegang LignoSat, satelit kayu pertama di dunia, dalam konferensi pers di kampus universitas di Kyoto, dalam foto arsip yang diambil pada tanggal 28 Mei 2024.
FILE - Takao Doi, seorang astronaut dan profesor khusus di Universitas Kyoto, memegang LignoSat, satelit kayu pertama di dunia, dalam konferensi pers di kampus universitas di Kyoto, dalam foto arsip yang diambil pada tanggal 28 Mei 2024.

Satelit kayu pertama di dunia, yang dibuat oleh para peneliti Jepang, diluncurkan ke luar angkasa, Selasa (5/11), dalam sebuah uji coba awal untuk menggunakan kayu dalam penjelajahan bulan dan Mars.

LignoSat, yang dikembangkan oleh Universitas Kyoto dan perusahaan pembuat rumah Sumitomo Forestry 1911.T, akan diterbangkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional dalam misi SpaceX, dan kemudian dilepaskan ke orbit sekitar 400 km di atas Bumi.

Satelit LignoSat, yang diberi nama sesuai dengan kata Latin yang berarti “kayu dan seukuran telapak tangan” ini ditugaskan untuk mendemonstrasikan potensi kosmik dari bahan terbarukan ketika manusia mengeksplorasi kehidupan di luar angkasa.

“Dengan kayu, bahan yang dapat kita produksi sendiri, kita akan dapat membangun rumah, tinggal dan bekerja di luar angkasa selamanya,” kata Takao Doi, seorang astronot yang pernah terbang dengan pesawat ulang-alik dan mempelajari aktivitas luar angkasa manusia di Universitas Kyoto.

Dengan rencana 50 tahun untuk menanam pohon dan membangun rumah kayu di bulan dan Mars, tim Doi memutuskan untuk mengembangkan satelit kayu bersertifikasi NASA untuk membuktikan bahwa kayu merupakan bahan yang dapat digunakan di luar angkasa.

“Pesawat terbang di awal tahun 1900-an terbuat dari kayu,” kata profesor ilmu kehutanan Universitas Kyoto, Koji Murata. “Satelit kayu seharusnya juga bisa dibuat.”

Kayu lebih tahan lama di luar angkasa daripada di Bumi karena tidak ada air atau oksigen yang dapat membusukkan atau membakarnya, tambah Murata.

Satelit kayu juga meminimalkan dampak lingkungan pada akhir masa pakainya, kata para peneliti.

Satelit yang dinonaktifkan harus masuk kembali ke atmosfer agar tidak menjadi sampah antariksa. Satelit logam konvensional menghasilkan partikel aluminium oksida saat masuk kembali ke atmosfer, tetapi satelit kayu hanya akan terbakar dengan polusi yang lebih sedikit, kata Doi.

“Satelit logam mungkin akan dilarang di masa depan,” kata Doi. “Jika kami dapat membuktikan bahwa satelit kayu pertama kami berhasil, kami ingin mengajukannya ke SpaceX milik Elon Musk.”

Aplikasi Industri

Para peneliti menemukan bahwa honoki, sejenis pohon magnolia yang berasal dari Jepang dan secara tradisional digunakan untuk sarung pedang, paling cocok untuk pesawat ruang angkasa, setelah melakukan percobaan selama 10 bulan di Stasiun Antariksa Internasional.

LignoSat terbuat dari kayu honoki, menggunakan teknik kerajinan tradisional Jepang tanpa sekrup atau lem.

Setelah diluncurkan, LignoSat akan berada di orbit selama enam bulan, dengan komponen elektronik di dalamnya untuk mengukur ketahanan kayu terhadap lingkungan ruang angkasa yang ekstrem, di mana temperaturnya berfluktuasi dari -100 hingga 100 derajat Celcius setiap 45 menit saat mengorbit dari kegelapan ke sinar matahari.

LignoSat juga akan mengukur kemampuan kayu untuk mengurangi dampak radiasi ruang angkasa pada semikonduktor, sehingga berguna untuk aplikasi seperti konstruksi pusat data, kata Kenji Kariya, seorang manajer di Sumitomo Forestry Tsukuba Research Institute.

“Ini mungkin terlihat kuno, tetapi kayu sebenarnya adalah teknologi mutakhir saat peradaban menuju bulan dan Mars,” katanya. “Ekspansi ke luar angkasa dapat menyegarkan industri kayu.” [my/ab]

XS
SM
MD
LG