Tautan-tautan Akses

World Food Program Tambah Bantuan Pangan bagi Sri Lanka


Sebuah keluarga berdiri di depan rumah mereka yang tergenang air di wilayah Batticaloa, di timur ibukota Kolombo (6/2).
Sebuah keluarga berdiri di depan rumah mereka yang tergenang air di wilayah Batticaloa, di timur ibukota Kolombo (6/2).

Program Pangan Dunia (WFP) meningkatkan bantuan pangan bagi ratusan ribu korban banjir di Sri Lanka akibat rusaknya sawah dan lahan pertanian.

Kurang dari sebulan setelah banjir parah menghancurkan provinsi-provinsi Timur, Utara dan tengah di Sri Lanka, negara itu kembali dilanda banjir. PBB mengatakan banjir kedua ini lebih parah dan dampaknya lebih buruk dibanding banjir pertama, menambah penderitaan puluhan ribu orang yang sudah kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.

Data resmi menyebutkan jumlah orang yang terkena banjir lebih dari sejuta. Ini termasuk hampir 200.000 orang yang kehilangan rumah dan tinggal di pusat-pusat penampungan sementara.

Dalam bulan Januari, WFP menyediakan ransum bagi setengah juta korban banjir. WFP sekarang menyediakan bantuan pangan bagi 326.000 orang lainnya dan memperkirakan jumlah ini akan bertambah menjadi 500.000.

Juru bicara WFP, Emilia Casella, mengatakan 450.000 ton padi rusak dalam bulan Januari dan sekarang kerusakannya bahkan lebih parah. “Kerusakan tanaman padi ini sangat memprihatinkan bagi warga yang paling rentan di sana. Perhitungan awal kami adalah sedikitnya 87.000 keluarga petani akan terpengaruh akibat rusaknya padi dan jelas itu berdampak buruk pada masyarakat yang lebih luas yang membutuhkan beras,” ujarnya.

PBB melaporkan hujan yang tak terduga menyulitkan pengiriman segera bantuan darurat. Organisasi itu melihat banyak waduk air meluap dan ini memaksa warga, sekali lagi, mengungsi dari tempat tinggal mereka. Organisasi itu mengatakan jalan-jalan tergenang air dan kurangnya perahu karet dan helikopter mempersulit usaha penyelamatan.

Juru bicara Badan Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, Elizabeth Byrs, mengatakan kondisi kesehatan juga buruk. Ia memaparkan, "Kami prihatin dengan pencemaran sumber-sumber air bersih dan sumur, yang telah dibersihkan dan kemudian tercemar lagi oleh banjir kedua itu. Kami menghadapi masalah kesehatan dan isu sanitasi serta risiko penularan penyakit pernapasan dan perebakan demam berdarah. Dilaporkan, banyak orang sudah mengalami muntah-muntah dan demam.”

Kesengsaraan ini bertambah dengan kurangnya dana untuk mendukung operasi bantuan darurat. PBB mengeluarkan dana bantuan 50 juta dolar pada awal Januari. Baru 7,7 juta dolar yang diterima.

XS
SM
MD
LG