Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menegaskan langkah polisi menampilkan pengakuan para dalang kerusuhan 21-22 Mei untuk membuktikan bahwa hal tersebut bukanlah rekayasa atau karangan dari pemerintah.
Langkah itu, kata Wiranto, supaya hasil investigasi pihak kepolisian terkait hal itu juga bisa membuka mata dan memberikan informasi yang benar kepada masyarakat, sehingga dapat menyudahi hoaks dan mengendalikan situasi.
“Demikian pula dengan kasusnya saudara Kivlan Zein yang sudah ada empat saksi yang mengerucut adanya satu perintah, adanya satu penentuan target. Ada satu perintah untuk melaksanakan eksekusi kepada 4-5 tokoh,” ungkap Wiranto saat ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (12/6).
Wiranto menegaskan pengakuan untuk kasus Kivlan Zein berasal dari
berita acara pemeriksaan dan testimoni yang disumpah.
“Paling tidak sudah bisa menetralisir bahwa 'ah ini Wiranto lebay', karangan pemerintah, karangan aparat keamanan untuk mencari popularitas. Masya Allah saya katakan. Tapi saya gak ngomong apa-apa. Sekarang biar saja hasil penyidikan penyelidikan bicara itu,” ujar Wiranto.
Menurut Wiranto, sekarang tinggal menunggu proses selanjutnya, apakah akan dilimpahkan ke kejaksaan dan masuk ke pengadilan.
“Apakah ada pengakuan antara kesaksian para eksekutor, para petugas-petugas yang ditugasi untuk mencari senjata, mencari algojo itu nanti sinkron apa enggak,” kata Wiranto menegaskan.
Ditambahkannya, para perusuh lah yang menyebabkan jatuhnya korban dalam peristiwa kemarin karena demo pada Senin (21/5) sore itu berlangsung cukup damai.
“Soal kerusuhan sudah pasti bahwa korban itu jatuh ya, atau korban meninggal jatuh bukan di arena demo damai. Yang penting itu. Bahwa korban meninggal bukan karena akibat benturan pada saat demo yang damai,” ujar Wiranto.
“Kita kan bisa saksikan. Bahkan buka puasa saja aparat keamanan dengan para pendemo sama-sama. Sama-sama salat, bagus sekali,” katanya.
Menurut Wiranto masalah baru timbul ketika demo dimasuki perusuh yang menyerang petugas. Meski demo sudah dimasuki perusuh awalnya pun tidak ada korban jiwa.
Korban jiwa baru jatuh saat para perusuh menyerbu Petamburan dan markas polisi serta membakar pos polisi, kata Wiranto.
“Sekarang korban-korban ini yang sedang kita dalami. Siapa yang menembak ya, tembakan dari mana. Sangat boleh jadi tembakan itu muncul dari yang tidak bertuan karena malam hari menyerang seperti itu,” jelasnya.
Ia pun meminta kepada masyarakat untuk bersabar terkait pengungkapan kasus ini, karena pihak kepolisian pastinya membutuhkan waktu untuk bisa membeberkan dalang atau oknum sebenarnya di balik peristiwa pada 21-22 Mei lalu.
Ungkap Aktor Kerusuhan Bentuk Transparansi Polisi
Ketua SETARA Institute Hendardi menilai “pengungkapan aktor-aktor kerusuhan 21-22 Mei 2019 oleh Mabes Polri merupakan salah satu bentuk upaya transparansi Polri dalam penanganan peristiwa hukum guna meningkatkan akuntabilitas penyidikan terhadap beberapa orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka.”
Ditambahkannya, meski keterangan tersebut diragukan oleh beberapa pihak, pemaparan publik oleh Polri telah memberikan pembelajaran berharga bagi warga negara tentang arti penting demokrasi, kebebasan berpendapat, dan nafsu politik para avonturir politik serta conflict entrepreneur yang beroperasi di tengah kekecewaan sebagian publik dan kerumunan massa.
Moeldoko Bantah Pemerintah Lakukan Rekayasa
Sementara itu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan tidak mungkin pemerintah melakukan rekayasa karena sudah menjadi tugas pemerintah untuk melindungi seluruh rakyat Indonesia. Ia pun mengimbau agar isu-isu tidak benar tersebut tidak dikembangkan sehingga suasana menjadi tidak kondusif.
“Sebenarnya kita kemarin membuka seluas-luasnya ya kepada masyarakat agar masyarakat paham betul bahwa semuanya tidak ada yang direkayasa,” kata Moeldoko.
Dia menegaskan pengakuan itu berasal dari orang-orang yang menjalani pemeriksaan dalam proses penyidikan.
“Jadi, mana bisa orang itu cerita ngarang-ngarang aja. Ini berkaitan dengan pidana. Jangan main-main. Tidak bisa dia mengatakan apa yang sesungguhnya dia lakukan dan seterusnya,” ujar Moeldoko.
“Jadi jangan lah mengembangkan hal-hal yang tidak benar. Pemerintah menjadi dan memberikan jaminan kepada rakyatnya.”
Terkait banyaknya mantan elit TNI dan Polri yang terlibat dalam hal ini, ia mengatakan hal tersebut akan bisa dibuktikan nanti, dan membutuhkan proses yang cukup lama.
Moeldoko Imbau Stop Sebut “Tim Mawar”
Sementara tentang dugaan keterlibatan Tim Mawar, ia mengimbau untuk tidak lagi menyebut Tim Mawar lagi, karena hal tersebut masih dalam investigasi pihak kepolisian. Jadi kalau hal tersebut terus digulirkan akan merancukan situasi.
“Sebenarnya jangan bicara Tim Mawar lagi, karena Tim Mawar dulu merupakan bagian-bagian dari Tim Mawar yg dulu. Hanya dikatakan 'oh Tim Mawar'," kata Moeldoko.
Tapi sesungguhnya dalam kerusuhan sekarang ini tidak ada tim mawar. Kalau perorangannya kita tidak tahu, nanti polisi yang lebih tahu dari hasil penyidikan. Jangan lagi menyebut Tim Mawar, nanti merancukan situasi, “ tegas Moeldoko. [gi/em]