Tautan-tautan Akses

WHO: Mikroplastik pada Air Minum Belum Jadi Masalah Kesehatan


Maria-Luiza Pedrotti, seorang pakar biologi kelautan dengan spesialisasi mikroplastik, melihat sampel air laut yang diambil dari Laut Tengah, dekat Villefranche-Sur-Mer, di French Riviera, Perancis, 19 Oktober 2018. (Foto: Reuters)
Maria-Luiza Pedrotti, seorang pakar biologi kelautan dengan spesialisasi mikroplastik, melihat sampel air laut yang diambil dari Laut Tengah, dekat Villefranche-Sur-Mer, di French Riviera, Perancis, 19 Oktober 2018. (Foto: Reuters)

Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) mengatakan, Kamis (22/8), kandungan mikroplastik dalam air minum belum membahayakan kesehatan manusia. Namun, badan PBB itu menyerukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui potensi risiko pada kesehatan di masa depan.

Dalam laporan pertama mengenai dampak mikroplastik pada kesehatan manusia, WHO meneliti dampak khusus mikroplastik pada air keran dan air minum kemasan, kantor berita AFP melaporkan.

“Pesan-pesan utama untuk meyakinkan air minum yang dikonsumsi oleh para konsumen di seluruh dunia, berdasarkan penilaian ini, penilaian kami adalah risikonya rendah,” kata Bruce Gordon, koordinator isu air dan sanitasi PBB, kepada VOA.

WHO mengatakan data mengenai keberadaan mikroplastik pada air minum saat ini terbatas. Hanya sedikit studi-studi yang bisa dipercaya hingga sulit untuk menganalisa hasilnya.

Mikroplastik yang ditemukan dalam sampel inti es yang diambil oleh Proyek Northwest Passage pimpinan AS ditampilkan dalam layar. Proyek tersebut berlangsung selama 18 hari pada Juli dan Agustus 2019. (Foto: Reuters)
Mikroplastik yang ditemukan dalam sampel inti es yang diambil oleh Proyek Northwest Passage pimpinan AS ditampilkan dalam layar. Proyek tersebut berlangsung selama 18 hari pada Juli dan Agustus 2019. (Foto: Reuters)

WHO sudah menyerukan kepada para peneliti untuk melakukan lebih banyak evaluasi terhadap mikroplastik dan dampaknya pada kesehatan manusia.

Badan PBB itu juga mendesak penertiban polusi plastik untuk memperbaiki lingkungan hidup dan mengurangi paparan mikroplastik pada manusia.

Laporan itu mengatakan apa pun risiko yang ditimbulkan oleh kandungan mikroplastik pada kesehatan manusia “para pengambil kebijakan harus mengambil langkah-langkah dan masyarakat harus mengelola sampahnya dengan lebih baik dan sebisa mungkin mengurangi penggunaan plastik.”

WHO mengatakan mikroplastik yang berukuran lebih besar dari 150 mikrometer kemungkinan besar tidak terserap oleh tubuh manusia. Namun, kata WHO, kemungkinan menyerap partikel-partikel mikroplastik yang sangat kecil, termasuk plastik berukuran nano, lebih besar. Meski, katanya, data terbatas.

“Kami sangat butuh mengetahui tentang dampak kesehatan mikroplastik karena mereka ada di mana-mana – termasuk pada air minum kita,” kata Maria Neira, direktur Departemen Kesehatan Masyarakat PBB, dalam pernyataannya.

“Kita juga harus menghentikan peningkatan polusi plastik di seluruh dunia.”

Ikan belanak abu-abu di sebelah mikroplastik di perairan Hong Kong dalam konferensi pers Greenpeace di Hong Kong, China, 23 April 2018. (Foto: Reuters)
Ikan belanak abu-abu di sebelah mikroplastik di perairan Hong Kong dalam konferensi pers Greenpeace di Hong Kong, China, 23 April 2018. (Foto: Reuters)

Laporan itu juga memperingatkan bahaya-bahaya lainnya: Jika emisi-emisi plastik pada lingkungan berlanjut dengan tingkat seperti sekarang, mikroplastik bisa membuka jalan ke arah penyebaran luas risiko pada ekosistem air dalam satu abad ke depan, yang akibatnya meningkatkan paparan pada manusia.

Para pakar merekomendasikan pengolahan air limbah yang bisa menghilangkan lebih dari 90 persen mikroplastik yang terkandung dalam air dengan mengunakan cara-cara seperti penyaringan.

WHO mengatakan langkah-langkah itu punya manfaat ganda karena bisa juga mengatasi masalah-masalah air yang terkontaminasi kotoran manusia dengan menghilang patogen-patogen mikroba dan zat-zat kimia yang bisa menyebabkan penyakit-penyakit diare fatal. [ft/dw]

XS
SM
MD
LG